Mohon tunggu...
Nur Budi
Nur Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Tebarkan benih kebaikan... maka akan tumbuh mekar bunga-bunga pahala...

"Dialah yg menjadikan utk kamu bumi yg mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu kembali stlh dibangkitkan" (QS Al-Mulk : 15)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Kajia Ramadhan: Sehat Kalbu dengan Deteksi Dini dan Medikasi Penyakit Hati

3 Mei 2021   21:51 Diperbarui: 3 Mei 2021   21:59 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Leaflet Kajian Ramadhan Minggu Keempat (Foto : Dokumentasi pribadi)

"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika segumpal daging tersebut buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." (HR Bukhari dan Muslim)

Bagaimana cara mendeteksi apakah hati kita ini sehat ataukah ada gangguan penyakit?

Pada prinsipnya sifat asal hati atau jiwa ini akan senang pada sesuatu yang baik. Kang Muslih mengibaratkan hati kita ini seperti kaca cermin. Andaikan kaca cermin ini bersih tentu apa saja yang nampak di hadapannya akan nampak persis seperti aslinya di dalam cermin tersebut. Akan tetapi kalau cermin tersebut kotor atau buram, akan mengganggu pandangan dan bayangan benda pada cermin tidak akan tajam. Apalagi jika cermin tersebut ditutup dengan kain atau kertas atau benda apapun, maka tidak akan terdapat bayangan benda yang terlihat. Demikian juga dengan hati yang bersih, akan dapat melihat apapun sesuai dengan aslinya. Tetapi kalau hati kita kotor, maka akan melihat sesuatu tidak sesuai aslinya. Apalagi kalau hati kita tertutup, maka yang tampak adalah apa yang menutupi itu. Kang Muslih mecontohkan, yang dapat menutup hati biasanya urusan keduniaan, uang misalnya, maka jika kita melihat sesuatu, yang tampak akan diukur dengan uang. Saat kita melihat kebun pisang tetangga, yang terpikir dalam hati, "Kira-kira laku berapa pisang ini". Saat menjumpai anak kita sakit, yang menghinggapi benak kita,"Duh, berapa ongkos periksa ke dokter". Atau ketika mendapatkan undangan manten yang pada umumnya di desa disertai dengan punjungan atau tonjokan yang berupa makanan lengkap dengan lauk ingkung ayam, yang muncul dalam bisikan hati, "Harus kasih amplop berapa nih saat kondangan nanti". Lain halnya kalau hati kita bersih, bening, pasti kembali kepada Allah. Melihat pisang atau punjungan makanan, akan terlihat benda sebenarnya dan hati berbisik bahwa itu merupakan rezeki dari Allah SWT.

Yang mengotori atau menutupi hati ada dua hal, dari luar dan dari dalam. Yang dari luar dan membuat hati menjadi buram atau bahkan gelap antara lain perbuatan maksiat. Setiap kita melanggar aturan Allah baik itu melalaikan kewajiban atau melanggar larangan, tentu akan berbekas dalam hati. Kemudian yang berasal dari dalam adalah berbagai macam penyakit hati. Penyakit-penyakit hati ini bersumber atau bermula dari nafsu dimana setiap orang pasti dianugerahi nafsu oleh Allah SWT. Nah, nafsu yang tidak terkendali akan menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit hati.

Penyakit hati yang paling umum menghinggapi manusia ada tiga. Pertama adalah takabur atau sombong. Di hati setiap manusia pasti ada rasa takabur ini, hanya saja kadarnya yang berbeda-beda. Pertama kali Allah SWT didurhakai oleh makhluknya dengan takabur atau sombong ini, yaitu ketika iblis diminta untuk sujud kepada Adam AS. Iblis tidak mau karena merasa lebih mulia dari pada Adam. Iblis beralasan bahwa : "Saya ini lebih mulia karena saya tecipta dari api, sedangkan Adam dari tanah." Penyakit hati yang kedua adalah rakus atau serakah. Dan ini merupakan yang kedua kalinya Allah SWT didurhakai oleh makhluknya, yaitu tatkala Nabi Adam AS memakan buah khuldi. Saat itu Nabi Adam diperbolehkan melakukan apapun dan hanya satu saja larangannya, yaitu memakan buah keabadian ini. Tapi karena sifat serakahnya Adam, larangan Allah ini dilanggarnya. Sedangkan penyakit hati yang ketiga adalah hasut. Hasut ini tingkatannya bermacam-macam dari paling rendah sampai ke yang paling tinggi. Tingkatan hasut yang paling rendah contohnya adalah kita merasa tidak senang apabila ada orang lain yang sedang memperoleh nikmat atau kebahagiaan tetapi juga tidak ingin kenikmatan itu berpindah kepada kita. Hasut dengan level paling berat misalnya kita merasa sangat senang jika orang lain tertimpa musibah. Hasut ini dahulu pertama kali dilakukan oleh Qobil yang membunuh saudaranya, Habil. Qobil iri karena merasa wanita yang dinikahinya tidak lebih cantik dari wanita yang dinikahi Habil.

Peserta kajian minggu keempat (Foto : dokumentasi pribadi)
Peserta kajian minggu keempat (Foto : dokumentasi pribadi)
Mungkin kita tidak merasakan bahwa dalam diri kita terdapat penyakit hati. Oleh karenanya deteksi dini atas penyakit hati ini sangat penting. Deteksi yang paling mudah adalah bahwa apabila hati ini sehat pasti akan merasa ringan jika melakukan kebaikan. Demikian juga sebaliknya, jika untuk melaksanakan perbuatan baik terasa berat dan untuk kegiatan maksiat terasa ringan, maka dipastikan hati kita sedang sakit. Deteksi berikutnya, jika hati sehat maka tidak takut akan mati karena kematian berarti menjemput kebahagiaan. Tetapi kalau kita masih takut mati dan cinta keduniaan, maka hati ini dihinggapi penyakit.

Lantas bagaimana cara penyembuhan hati yang sedang sakit tersebut?

Jika yang mengotori hati ini dari luar, karena kita berbuat maksiat atau melakukan perbuatan dosa, maka tidak ada jalan lain kecuali kita harus bertaubat kepada Allah SWT. Bertaubat ini dengan cara kita beristighfar, menyesali perbuatan dan kemudian mengganti perbuatan maksiat dengan bersegera melakukan kebaikan. Nah, kalau membersihkan hati karena penyakit dari dalam maka harus dengan riyadhoh, yaitu latihan penyempurnaan diri secara terus menerus melalui dzikir dan pendekatan diri kepada Alah SWT. Riyadhoh juga bisa dengan mengendalikan nafsu. Apabila kita bisa melakukan riyadhoh ini, maka sesuai janji Allah, kita kan dibangkitkan sebagai jiwa yang tenang, jiwa yang benar-benar Rodziyatam mardliyyah, hati kita ridlo dan diridloi oleh Allah. Ini yang menjadi cita-cita setiap muslim. Maka dalam doa kita selalu berharap kelak akan berpulang dalam keadaan husnul khatimah. Untuk bisa menggapai itu, hati harus dipersiapkan. Harus sehat hati, bersih tanpa dikotori baik kotoran dari dalam maupun dari luar.

Pada bagian akhir sesi, kang Muslih mengingatkan kepada audiens untuk memanfaatkan betul sisa usia dengan berorientasi pada akhirat meski tidak melupakan dunia sebagaimana firman Allah QS Al Qashash : 77

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Materi yang mengena dengan penyampaian yang enak didengar menjadikan tak terasa hampir satu jam Kang Muslih menggunakan waktu. Sampai-sampai Agung Prabowo yang juga owner Bakmi Jogja Putrojoyo, Surabaya sebagai moderator harus mengingatkan bahwa sudah tiba saatnya waktu untuk interaksi diskusi. Pertanyaan banyak muncul dari peserta berkaitan dengan pengobatan penyakit hati dan pengelolaan nafsu yang bisa menyebabkan penyakit hati. Dan lagi-lagi kumandang adzan ashar-lah yang bisa menghentikan riuhnya diskusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun