Nama 'Aisyiyah diambil dari istri Nabi Muhammad, yaitu 'Aisyah yang dikenal cerdas dan mumpuni. Jika Muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhammad, maka 'Aisyiyah bermakna pengikut 'Aisyah. Keduanya merupakan pasangan serasi dalam berdakwah, seperti figur Muhammad dan 'Aisyah, bahwa 'Aisyiyahah akan berjuang berdampingan bersama Muhammadiyah. Harapannya profil 'Aisyah juga menjadi profil orang-orang 'Aisyiyah.
Sembilan perempuan terpilih sebagai sang pemula kepemimpinan perdana 'Aisyiyah. Siti Bariyah mendapatkan amanah sebagai ketua pertama 'Aisyiyah. Sementara delapan pengurus yang lain, yaitu: Siti Badilah sebagai Sekretaris; Siti Aminah sebagai Bendahara; Ny. H. Abdullah, Ny. Fatimah Wasaal, Siti Dalalah, Siti Wadingah, Siti dawimah, Siti Busyro sebagai pembantu.
Terpilihnya Siti Bariyah, salah satu kader terbaik Dahlan merupakan bukti kaderisasi yang berhasil dari Dahlan, isterinya, juga sahabat dan murid Dahlan. Kebanyakan menyangka bahwa Nyai Dahlan lah pemimpin pertama organisasi 'Aisyiyah. Istri Ahmad Dahlan itu lebih menjadi profil pembimbing 'Aisyiyah yang baru seumur jagung.
Salah satu ayat yang senantiasa digadang-gadang oleh pegiat 'Aisyiyah, yaitu:
"Kaum Islam laki-laki dan kaum islam perempuan sebagian menolong sebagiannya, sama menyeru dengan kebaikan dan melarang dari pada keburukan." (Qs. At Taubah : 71).
Ayat tersebut menjadi landasan teologis yang mengisyaratkan bahwa kewajiban amar ma'ruf nahi munkar tidak memandang jenis kelamin. Ditengah anutan doktrin bahwa "perempuan itu swarga nunut neraka katut" dan perempuan tidak perlu bermasyarakat tapi cukup dirumah saja, 'Aisyiyah justru menggiatkan diri berdakwah diruang kemasyarakatan.
Islam yang berkemajuan sebagaimana terlihat dari penafsiran Muhammadiyah-'Aisyiyah terhadap ayat Al-Qur'an yang tidak membedakan jenis kelamin dalam hal berdakwah, menjadi karakter gerakan Muhammadiyah-'Aisyiyah. Paham Islam berkemajuan dan pentingnya pendidikan dan bagi gerakan Muhammadiyah-'Aisyiyah menghasilkan pembaruan-pembaruan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan Muhammadiyah-'Aisyiyah, seperti merintis berdirinya pendidikan untuk anak usia dini di Indonesia dengan nama Frobel School pada tahun 1919 yang saat ini bernama TK 'Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA), pendidikan keaksaraan, pendirian mushola perempuan pada tahun 1922, kongres bayi atau baby show, dan jenis-jenis kegiatan inovatif lain.
Untuk menyebarkan ide-ide secara internal maupun eksternal tentang pembaharuan dan usaha peningkatan derajat kaum perempuan, 'Aisyiyah menerbitkan majalah organisasi bernama Suara 'Aisyiyah pada tahun 1926. Dalam sejarahnya, sebagai organisasi perempuan yang berdiri dimasa awal pergerakan dan telah memiliki visi persatuan pergerakan perempuan, 'Aisyiyah berperan aktif dalam penyelenggaraan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).
Saat ini, 'Aisyiyah telah berusia seabad. Itu berarti perjalanan gerak organisasi sekaligus peran keummatan dan kebangsaan 'Aisyiyah sudah berlangsung lebih dari 100 tahun. Bukan usia yang pendek bagi ke-istiqomahan sebuah organisasi. Semangat pembaruan yang berpijak pada paham islam berkemajuan itu akan tetap menjadi suluh bagi 'Aisyiyah.
Dibuat Oleh: Nurbayu Susandra