Mohon tunggu...
Nur Balqis
Nur Balqis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tertinggalnya Pendidikan di Desa dalam Metode Pembelajaran Daring di Masa Pandemi

16 Juli 2021   13:35 Diperbarui: 16 Juli 2021   14:13 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, siswi sedang mencari sinyal saat belajar daring (Foto: Nur Balqis)

Pandemi Covid-19 telah merubah berbagai aspek kehidupan baik di bidang mikro bahkan makro. Sebelumnya kita dapat melakukan berbagai kegiatan tetapi saat ini kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara online. Hal itu termasuk di dunia pendidikan. Dimana para siswa biasanya langsung melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. 

Namun, sistem pembelajaran seperti itu  telah mengalami perubahan bentuk operasional dikarenakan mengikuti kebijakan pembelajaran dan kebijakan sosial, yaitu instruksi social distancing hingga berujung pada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga kegiatan belajar harus dilakukan secara daring. Dimana kegiatan belajar daring mulai diterapkan pada tingkat terendah  yaitu tingkat PAUD, TK, SD/Sederajat, SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, bahkan perguruan tinggi.

Kegiatan belajar daring bukanlah suatu hal yang mudah untuk diterapkan diseluruh wilayah Indonesia. Hal itu karena belajar daring harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan kondisi pendidikan Indonesia belum merata karena masih banyak kesenjangan pendidikan antara di kota dan di desa. Sekolah-sekolah di desa masih banyak tertinggal dari berbagai aspek dibandingkan dengan sekolah-sekolah di kota yang sudah siap dengan metode pembelajaran daring. Hal itu tentunya membuat para siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran daring ini.

Pendidikan yang lumrah berlangsung dengan interaksi langsung antar unsur (guru dan siswa) beralih menjadi pembelajaran interaksi tidak langsung atau sering disebut pembelajaran daring. Belajar daring diterapkan dengan memanfaatkan media elektronik sebagai media perantara pembelajaran salah satunya yaitu gawai. Dengan demikian para siswa atau minimal orang tua siswa secara tidak langsung diharuskan untuk memiliki gawai. Namun, untuk di wilayah pedesaan siswa yang memiliki gawai sangatlah sedikit sehingga hal ini menjadi kendala tersendiri. Terlebih di masa pandemi ini, banyak orang tua siswa yang pendapatannya berkurang sehingga sangat sulit bagi mereka agar bisa  membelikan gawai untuk mendukung proses pembelajaran anak-anaknya.

Dilansir dari CNN Indonesia, selasa (17/3)  bahwa di SMP Negeri 2 Cibarusah di Kabupaten Bekasi. Imbar, Kepala SMP Negeri 2 Cibarusah mengatakan bahwa siswanya kebanyakan datang dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. Dengan demikian, hanya sedikit saja dari mereka yang memiliki gawai atau teknologi lain untuk belajar di rumah. Beliau juga menuturkan bahwa hanya ada sekitar tujuh siswa yang memiliki gawai.

Untuk mengatasi hal itu, cara yang dilakukan siswa yang tidak memiliki gawai yaitu dengan mendatangi rumah teman mereka yang memiliki gawai agar bisa belajar bersama. Selain itu, para siswa juga bisa datang ke sekolah untuk diajarkan langsung oleh guru. Namun, hal itu dilakukan dalam jumlah terbatas dan dalam waktu yang minim. Itu semua dilakukan para siswa agar mereka  tetap bisa melanjutkan pendidikan.

Penerapan  pembelajaran  jarak jauh atau belajar daring  antara  guru dan siswa dengan memanfaatkan jaringan internet juga memunculkan masalah baru bagi guru dan para siswa yang tinggal di  desa atau wilayah terpencil dengan keterbatasan jaringan internet. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia diperoleh data dari Asosiasi   Penyelenggara   Jasa   Internet   Indonesia   (APJI1),   jumlah pengguna  internet  di  Indonesia  sebanyak  143,26  juta  atau  sekira  55%  dari  populasi. Artinya, masih terdapat 45% sisanya yakni sekira 117 juta masyarakat yang masih belum tersentuh internet. 

Dengan demikian masih banyak siswa mengalami  kesulitan untuk mendapatkan jaringan yang bagus. Bukan suatu hal yang langka jika saat guru sedang menyampaikan materi melalui video call tak jarang video atau suaranya tidak jelas atau bahkan terhenti karena jaringan yang buruk. Tentunya hal itu akan berdampak pada pemahaman siswa yang kurang mengerti akan materi yang diajarkan. Kendala jaringan juga tidak hanya dirasakan oleh para siswa, guru-guru juga merasakan hal yang sama. Tidak sedikit guru yang harus mengajar diluar rumah untuk mendapatkan jaringan internet yang bagus.

Dengan berbagai keterbatasan sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran di pedesaan mulai dari keterbatasan ketersediaannya gawai dan  minimnya jaringan internet, tentunya hal itu harus diperhatikan dengan baik oleh pemerintah.  Dengan kendala-kendala yang terjadi harus segera ditemukan solusi yang tepat. Guru juga diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa tidak jenuh saat belajar. Itu semua dilakukan agar proses pembelajaran dapat dilakukan dengan hasil yang maksimal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun