Mohon tunggu...
Nurazizah Ulayo
Nurazizah Ulayo Mohon Tunggu... -

Pecandu kopi,. pecandu sajak,. pecandu langlang buana.. ☺☺☺

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajakku Patah

3 Desember 2018   00:26 Diperbarui: 3 Desember 2018   00:30 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sajakku patah
Ketika instrumen
Tak lagi mengalun indah
Seperti biasanya

Sajakku patah
Ketika instrumen
Kini telah hening membatu
Tak gaduh lagi seperti yang lalu

Sajakku patah
Ketika instrumen tak lagi memekakkan telinga
Saat mendapati mataku yang tak sanggup aku manjakan
Dengan instrumen yang merekam segudang ilmu

Sajakku patah
Ketika tak ada lagi protes
Saat jemariku salah dalam memungut aksara menjadi sajak
Saat telingaku tak peka dalam menangkap instrumen

Sajakku patah
Ketika instrumen tak lagi mengiringi setiap tegukan kopi
Ketika tak ada lagi instrumen masuk tak menentu
Yang cukup meramaikan ruangan segi empat itu

Sajakku patah
Ketika tak ada lagi pesan-pesan singkat penawaran kopi seperti biasanya
Kini yang tertinggal hayalah bekas kepulan kopi dan instrumen
Yang bersembunyi di sudut paling bisu..

Lentik jemari :
Nurazizah Ulayo..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun