Mohon tunggu...
Nur Azizah Hamdiah
Nur Azizah Hamdiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - she/her

la gente comĂșn

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penunjang Perekonomian Masyarakat: Peran Alat Tangkap Burung di Desa Tampakang

19 Mei 2024   09:00 Diperbarui: 19 Mei 2024   09:43 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar alat tangkap kandang jebakan/dok. pri

Banjarmasin -- Tampakang merupakan salah satu desa di Kecamatan Paminggir, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagian besar lahan di desa ini merupakan lahan basah yang berupa rawa. Dengan lahan basah yang melimpah, Desa Tampakang menjadi lumbung alam yang subur, sehingga menciptakan kondisi ideal untuk pengembangan alat tangkap burung sebagai salah satu sumber ekonomi bagi masyarakatnya.

Di tengah gempuran modernisasi, tradisi berburu burung masih lestari di Desa Tampakang. Aktivitas ini bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga menjadi salah satu penunjang perekonomian masyarakat desa. Berbagai spesies burung, terutama yang dikelompokkan dalam burung air banyak ditemukan di desa tersebut. Burung air merujuk pada burung yang secara khusus hidup di ekosistem perairan tawar. Burung air berpotensi ekonomi bagi sebagian penduduk. Beberapa spesies ditangkap dan selanjutnya dijual untuk meningkatkan pendapatan keluarga atau dikonsumsi sendiri untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani. 

Gambar alat tangkap kandang jebakan/dok. pri
Gambar alat tangkap kandang jebakan/dok. pri

Warga Desa Tampakang, Janur memaparkan bahwa mata pencaharian masyarakat desa salah satunya adalah menangkap burung. "Menangkap burung menjadi salah satu mata pencaharian yang cukup menjanjikan karena saat musim hujan ikan jarang muncul, tapi burung-burung masih muncul walau tidak sebanyak musim kemarau", ujarnya ketika di wawancarai pada Jum'at (10/05/2024). Wajar apabila kemudian penangkapan burung pun menjadi mata pencaharian utama penduduk di Desa Tampakang.

Proses penangkapan burung dilakukan menggunakan alat tangkap burung seperti jaring, kandang jebakan, hingga alat tembak. Pemburuan dilakukan ketika malam hari sekitar pukul 20.00 WIB. Saat itu pemburu bersiap untuk menyebarkan jaring di tempat-tempat yang berpotensi adanya burung-burung buruan. Misriyani merupakan salah satu warga Desa Tampakang yang bekerja sebagai penangkap burung. Ia menjelaskan penangkapan burung biasa dilakukan pada malam hari. "Biasanya habis isya kita berangkat untuk memasang jaring dan sebagainya, kita tunggu sampai subuh baru pulang", pungkasnya saat di wawancarai langsung pada Jum'at (10/05/2024).

Gambar alat tangkap jaring/dok. pri
Gambar alat tangkap jaring/dok. pri

Berbagai spesies burung menjadi buruan para penangkap burung karena harganya yang lumayan tinggi di pasaran. Beberapa spesies burung yang ditemukan di Desa Tampakang antara lain: burung tinjau, burung punai, burung belibis, burung palung, hingga burung walet. "Belibis itu paling banyak di cari, harganya mahal bisa sampai 50-75 ribu rupiah per ekornya", ucap Misriyani. Burung burung hasil tangkapan tersebut kemudian akan dibawa ke danau untuk dijual ke calon pembeli.  (AMY, NAH)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun