Mohon tunggu...
Nur Azizah
Nur Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/mahasiswa

Hobi saya menari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori emotional intelligence dari Daniel Goleman

18 Januari 2025   20:37 Diperbarui: 18 Januari 2025   20:37 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Studi yang dilakukan oleh Goleman menunjukkan bahwa individu dengan kecerdasan emosional tinggi lebih mampu menghadapi tekanan, menjaga hubungan interpersonal, dan beradaptasi dengan perubahan. Sebaliknya, rendahnya EI dapat menyebabkan kesulitan dalam mengelola stres, konflik, serta komunikasi yang buruk.

Perbedaan EI dan IQ

Meskipun IQ penting untuk mengukur kemampuan intelektual, seperti logika, analisis, dan kemampuan akademis, Goleman menekankan bahwa IQ hanya berkontribusi sekitar 20% terhadap kesuksesan seseorang. Sisanya bergantung pada faktor lain, termasuk EI. Seseorang dengan IQ tinggi tetapi EI rendah mungkin kesulitan menjalin hubungan baik dengan orang lain atau mengatasi konflik, sehingga kesuksesan mereka terhambat.

Pengembangan Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman, EI dapat dikembangkan melalui latihan dan pengalaman. Berikut adalah beberapa cara untuk meningkatkan EI:

  1. Refleksi Diri: Meluangkan waktu untuk memahami perasaan dan respons emosional terhadap situasi tertentu.
  2. Pengendalian Emosi: Melatih diri untuk tetap tenang dan berpikir rasional, terutama saat menghadapi situasi sulit.
  3. Mendengarkan Aktif: Berusaha memahami sudut pandang orang lain tanpa menghakimi.
  4. Empati: Berlatih memahami emosi orang lain dan menunjukkan perhatian yang tulus.
  5. Komunikasi Efektif: Mengembangkan kemampuan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dengan jelas dan sopan.

Kritik terhadap Teori Goleman

Meskipun teori EI Goleman banyak diterima, ada beberapa kritik terhadap pendekatannya. Beberapa akademisi berpendapat bahwa konsep EI kurang terukur secara objektif, karena melibatkan faktor subjektivitas dalam menilai emosi. Selain itu, beberapa pihak menganggap bahwa EI lebih merupakan kumpulan keterampilan sosial daripada bentuk kecerdasan.

Kesimpulan

Teori kecerdasan emosional Daniel Goleman telah mengubah cara pandang terhadap kesuksesan dan hubungan interpersonal. Dengan memahami dan mengembangkan EI, seseorang dapat meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup, bekerja sama dengan orang lain, dan mencapai tujuan. Meskipun EI bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan, perannya yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan membuatnya menjadi keterampilan yang penting untuk dikembangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun