Mohon tunggu...
Nur Azizah
Nur Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

"Keterkaitan Komunikasi Antarbudaya : Komunikasi Antarbudaya dalam Menjembatani Perbedaan."

30 November 2024   06:53 Diperbarui: 30 November 2024   06:58 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Menghindari Asumsi :

Jangan beranggapan bahwa nilai atau pengalaman pribadi berlaku untuk semua orang. Setiap individu memiliki latar belakang unik yang memengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak.

4. Bersikap Terbuka untuk Belajar :

Setiap interaksi adalah peluang untuk memperoleh wawasan baru. Dengan sikap terbuka terhadap hal-hal yang berbeda, kita dapat memperluas perspektif dan memahami dunia secara lebih mendalam.

- Pengalaman Komunikasi Antarbudaya.

Ketika saya meninggalkan Sulawesi Tengah untuk melanjutkan studi di Yogyakarta, saya membawa semangat baru, tapi juga rasa penasaran besar. Bagaimana rasanya hidup di tanah yang begitu berbeda dari kampung halaman saya? Ternyata, perjalanan ini penuh dengan pelajaran, terutama dalam hal komunikasi dan adaptasi budaya. Saya tak pernah membayangkan betapa kompleksnya komunikasi antar budaya yang akan saya hadapi. 

Perbedaan dialek yang mencolok menjadi tantangan tersendiri. Saat saya mencoba bercanda dengan logat khas Palu, seringkali teman-teman saya tidak mengerti dan malah terlihat kebingungan. Begitu pula sebaliknya, ketika mereka melontarkan guyonan dengan logat Jawa yang kental, saya hanya bisa mengangguk-angguk saja. Bukan hanya bahasa, tapi juga cara berkomunikasi yang memerlukan penyesuaian. Di Sulawesi Tengah, berbicara secara lugas adalah hal biasa. Namun, di Yogyakarta, saya belajar bahwa masyarakatnya lebih memilih cara berbicara yang halus dan penuh kehati-hatian. Selain itu, adat istiadat yang berbeda juga mewarnai interaksi sehari-hari. 

Namun, seiring berjalannya waktu, saya belajar untuk lebih menghargai perbedaan dan mencari cara untuk membangun komunikasi yang efektif. Saya mulai mengikuti komunitas mahasiswa asal Sulawesi Tengah di Yogyakarta, di mana saya bisa berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang sama. Selain itu, saya juga berusaha untuk lebih terbuka dan mau belajar tentang budaya Jawa. Lambat laun, saya merasa lebih nyaman dan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru.

- Pengaruh atau Urgensi Komunikasi Antarbudaya Terhadap Profesi Jurnalis.

Jika saya menjadi seorang jurnalis, mata kuliah Komunikasi Antar Budaya akan sangat berperan penting dalam mendukung profesionalisme saya. Dalam profesi ini, saya akan sering berinteraksi dengan narasumber dari berbagai latar belakang budaya yang memiliki nilai dan norma yang berbeda. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang komunikasi lintas budaya akan membantu saya menyampaikan berita dengan objektif dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman akibat perbedaan bahasa, adat istiadat, atau ekspresi non-verbal. Selain itu, kemampuan untuk menyesuaikan cara berkomunikasi dengan audiens yang beragam sangat penting agar informasi dapat diterima dengan baik. Selama proses peliputan, menghormati keberagaman budaya juga krusial untuk menghindari penguatan stereotip negatif dan menciptakan konten jurnalistik yang adil dan inklusif. Mata kuliah ini juga melatih kepekaan sosial, empati, dan sensitivitas terhadap isu-isu budaya, yang merupakan bekal penting dalam membangun kepercayaan publik dan menjaga etika jurnalistik.

https://www.unisayogya.ac.id/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun