“Mana diary-nya mas?”
Aku tidak tidak segera memberikannya. Aku memilih membukanya dulu di bagian cerita tentang theos, baru aku mengulurkannya.
“Maaf aku sudah baca hampir semuanya. Terutama bagian cerita theos aku sudah baca semuanya. Maaf”
Wajah Nonik tampak berkerut saat menerima diary yang terbuka di bagian kisah itu. Dia membaca, tampak heran.
“Bukan aku yang menulis ini Mas”
“Serius?!”
Aku tak bisa menyembunyikan kekagetanku. Tulisan tangan tak mudah untuk ditiru. Dan semua tulisan tangan yang ada dalam diary itu sama, tak ada yang berbeda.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H