Aku diam dan memang kesimpulanku memang seperti menguat tentang praktek-praktek mistis.
"Mas gak jadi ke masjid?"
aku langsung tersadar.
"Iya masjid dimana?"
Penjaga itu menunjuk dadanya, dan benar saja di kaosnya tersablon gambar masjid dan alamatnya. Aku tersenyum. aku sempat berfikir letak masjid adalah di hati masing-masing, ternyata se-harafiah itu.
"Saya sering keliru mas, harusnya nganan saya bilang ngiri. bukan apa-apa, buta arah. dari pada kaya gitu kalau pas pake kaos ini langsung saya tunjukan aja"
"Sudah cukup pak, saya tahu kok jalan itu, makasih ya pak"
Aku tersenyum sambil pamit. masih saja di kepalaku ruwet soal praktek-praktek beragama padahal buat orang-orang macam penjaga ini praktek agama, mistis atau tidak, iman atau belum, yang harus dipastikan lebih dulu adalah rokok dan kopi tersaji. sederhana yang masih rumit buatku.
****mari ngopi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H