Mohon tunggu...
Nuraziz Widayanto
Nuraziz Widayanto Mohon Tunggu... lainnya -

belajar menulis apa saja sambil minum kopi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tentang Puisi dan Rima

8 Juni 2011   03:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:45 2339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

banyak orang menyayangkan, saya justru membatasi diri dengan menulis puisi dengan rima. ekspresinya jadi tidak mengalir. iya saya akui, rima seperti membatasi, tapi sejujurnya, mencari rima seperti berjalan menuju cakrawala, manakala kaki kita melangkah maju, cakrawala akan mundur dengan sendirinya dan menyajikan pemandangan yang berbeda. rima seterusnya bagi saya adalah pencarian tentang akhir, terlalu banyak kebetulan dalam rima yang menyeret saya pada persoalan akhir, bukan lagi soal irama. akhir yang terkadang misterius, yang kadang terang benderang.

dan sekarang, sepertinya saya masih akan menyukai rima dan semua kejutan-kejutannya. bukan persoalan asyiknya olah kata dan iramanya, bagi saya, rima adalah penemuan batas demi batas dalam mengarungi imajinasi yang sangat luas. ijinkan saya mengajak anda, yuk membuat puisi dengan rima ;)

selamat siang dan mari ngopi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun