Mohon tunggu...
Nuraziz Widayanto
Nuraziz Widayanto Mohon Tunggu... lainnya -

belajar menulis apa saja sambil minum kopi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rahasia Akhir Tahun

31 Desember 2010   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:09 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bu, lihat pohon jambu, mangga, sawo, rambutan dan kenitu di halaman kita. Setahun ini beberapa kali kita dibuat kenyang, juga senang. Itu peninggalan ayah dua puluh lima tahun lalu. Masih terkenang saat itu, ibu membuat teh dan aku yang menggangu ayah menanam bibit jambu. Ibu masih ayu. Ayah masih gagah.


Bu, kini pohon-pohon buah ini yang ayu dan gagah. ibu sudah penuh keriput dan ayah malah sudah tiada. ibu malah tak pernah lagi menengoknya. Ibu hanya tahu pohon jambu di samping rumah saja. Itu jika badan ibu berkenan ingin menyapa angin dari jendela. Ibu lebih sering di tempat tidur. Ingin bersama bunga-bunga kertas buatan saat ibu di PKK dulu.


Bu, tak apa, pohon-pohon itu tidak cemburu, juga menggerutu. buktinya, mereka masih mau berbuah untuk ibu. walau kata dokter semua buah itu tak lagi boleh buat ibu. mereka tak lupa bu. Mangga masih manis hampir tak berserat seperti janjinya pada ayah dulu. Jambu air juga masih hijau manis dan segar. kenitu yang sedikit malu karena tak tepat janji, kadang sudah manis kala hijau tua kadang masih penuh getah. Sawomu juga masih genit, terbukti masih manisnya legit.


Bu, akhir tahun ini aku kabarkan padamu pohon-pohon buahmu. aku tahu ibu akan tersenyum. aku tahu walau hanya matamu yang menyipit. dari mata beningmu itu aku tahu ibu rindu pohon buahmu. aku kabarkan akhir tahun ini. aku kabarkan juga keadaanmu pada pohon-pohon buahmu. sering mereka menggesekan daun tanda rindu padamu walau sudah aku katakan ibu tak juga bisa mendengar suara mereka. Sudah ku kabarkan juga, akhir tahun ini, bukan hari ibu menyusul ayah. dan tampaknya mereka gembira. Tapi aku tidak kabarkan pada mereka, ibu tak lagi makan buah-buah kerja mereka. biarlah ini jadi rahasiaku dan ibu. Cepat sembuh ya bu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun