Mohon tunggu...
Nuraziz Widayanto
Nuraziz Widayanto Mohon Tunggu... lainnya -

belajar menulis apa saja sambil minum kopi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Siluet

25 November 2010   07:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:19 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebulan kemudian Win datang dengan membawa sebuah novel tebal. Dia masih cantik seperti biasanya.

“Semuanya ada di situ. Jika kurang tambahi sendiri. Sekarang aku sudah tidak tersiksa lagi dengan hubungan indah kita. “
“Jika kamu tersiksa kenapa kamu tidak bersamaku?”

Win diam. Mata beningnya menatapku lembut namun aku seperti tidak menangkap lagi getar itu. Win mengeluarkan 3 buah foto.

“Ini ayahmu, ini ibuku dan ini foto mereka berdua. Aku berharap ini cukup menjelaskan.”

Aku terdiam. Hanya diam. Semuanya serba mengejutkan.

“Novel itu aku buat biar kita menjadi orang lain. Memang bagi orang akan sama saja. Tapi bagiku itu seperti siluet. Seperti kita tapi bukan kita.”

Win tersenyum dan sekarang aku yang murung. Bagiku akan tetap sama saja. Rasanya juga masih sama. Win tidak sadar, itu tidak akan pernah menyelamatkan masa lalu. Juga tidak akan pernah bisa menghilangkan rasa masa lalu. Sekarang, aku hanya bisa memandangnya lekat-lekat. Mencoba menjadikannya orang lain, walau aku tahu itu tidak akan pernah bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun