***
Siang ini aku sudah bertemu dengan Win. Wajahnya cantik berhias satu jerawat di pipi kirinya. Dia selalu memainkan sendok kecil dipermukaan kopi kesayangannya. Aku tidak suka kopi dan semua suasana yang ditimbulkannya. Aku lebih suka menikmati kenikmatan kopi dari buku-buku. Aku sangat tahu tentang kopi. Robusta dan arabica. Kandungan pahit kafein sebesar 0.8 and 1.5 persen untuk Arabica and 1.6 to 2.5 persen untuk Robusta adalah sedikit dari banyak yang aku tahu. Semua pengetahuan yang coba jejalkan dalam kesunyian berhadapan dengannya. Aku berharap banyak pengetahuanku tentang kopi bisa mengusir ekspresi wajahnya yang luar biasa cantik saat menikmati kopi. Namun tetap saja kepalaku dipenuhi oleh wajah cantik Win.
“Saat seperti ini yang ingin aku selamatkan”
Akhirnya Win bicara. Kata yang terucap dari bibir mungilnya berkisar 45 menit yang lalu. Dia bicara pada pelayan dengan sangat lembut untuk memesan kopi.
“Kenapa?”
“Saat indah seperti ini yang akan menggangguku di masa depan”
Iya. Aku mengiyakan. Karena sejauh kerumitan yang aku buat tidak bisa menghilangkan keindahan saat dekat dengannya, aku memilih untuk mengiyakan.
“Aku ingin menyelamatkan masa lalu agar tidak rusak di masa depan. Agar aku bisa terus menikmatinya.”
Win mendekap cangkir dengan dua telapak tangannya saat hujan datang. Wajahnya tertutupi sebagian namun masih indah.
“Bagaimana caramu?”
Win tidak menjawab. Matanya menatapku lembut sambil meletakkan cangkir kopi di meja. Dua detik setelah itu Win berdiri dan pergi. Kembali aku tidak mengerti. Aku memang tidak mengerti tentang win. Semua hal dalam hubungan kami indah. Dan dia tiba-tiba minta berpisah. Aku tidak mengerti dan aku hanya bisa menurutinya.
***