Jemput aku di ujung kata-katamu.
Sudah berdarah seluruh aku melintasi mantra-mantramu.
kata-katamu menjadi mantra sakit hatiku.
bahkan di saat kesadaran masa lalu hadir bicara,
kita hanya perlu tangis untuk minum susu.
Jemput aku di ujung kata-katamu
aku tinggalkan selarik nama
nama pembuat namaku,
dan nama pembuat pembuat namaku
biar anakku tahu, aku yang membuat namanya
Susul anakku di ujung lain kata-katamu
Bawa tangisnya padaku
Aku ingin memeluknya
Dan damai dalam tangisnya
Jika nama adalah do’a dan kata-kata selanjutnya adalah mantra sia-sia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H