Mohon tunggu...
Nuratul Delia
Nuratul Delia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Lucu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Pengembangan Sosial yang Dikemukakan Oleh Daniel Golleman

8 November 2024   18:28 Diperbarui: 21 November 2024   09:56 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori kecerdasan emosional (EI) dari Daniel Gervernal menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengelola perasaannya, mengenali perasaan diri sendiri, dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. 

 

Berikut adalah beberapa hal yang dijelaskan dalam teori kecerdasan emosional Daniel Gervernal:

Kecerdasan emosional lebih berperan dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam suatu pekerjaan daripada IQ atau keahlian. 

 

Kecerdasan emosional bukan sifat genetik yang tetap, tetapi keterampilan yang dapat dikembangkan dan diasah. 

 

Kecerdasan emosional terdiri dari lima komponen inti, yaitu:

Empati 

 

Komunikasi efektif atau keterampilan sosial 

 

Kesadaran diri 

 

Pengaturan diri 

 

Motivasi 

 

Kompetensi emosional dibagi menjadi kompetensi personal dan sosial. Kompetensi personal berkaitan dengan pengelolaan diri, sedangkan kompetensi sosial berkaitan dengan pemahaman emosi orang lain dan pengelolaan hubungan. 

 

Faktor internal yang mempengaruhi kecerdasan emosional meliputi pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, dan motivasi. 

 

Faktor eksternal yang mempengaruhi kecerdasan emosional meliputi rangsangan dan persekitaran.

perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah kemampuan anak dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara lengkap baik emosi positif maupun negatif. Anak mampu berienteraksi dengan teman sebayanya atau orang dewasa disekitarnya secara aktif belajar dengan mengeksplorasi lingkungannya. Perkembangan sosial emosional adalah proses belajar anak dalam menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya yang diperoleh dengan cara mendengar, mengamati dan meniru hal-hal yang dilihatnya.

Menurut Nurjannah (2017) perkembangan sosial emosional anak usia dini merupakan proses belajar pada diri anak tentang berinteraksi dengan orang disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan anak lebih mampu dalam mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan kemampuannya dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya yang diperoleh secara bertahap dan melalui proses penguatan dan modeling.

Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya kepada orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses perkembangan keadaan jiwa anak dalam memberikan respon terhadap keadaan dilingkungannyan yang sesuai dengan aturan sosial yang diperoleh melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi melalui penguatan dan modeling (contoh).

Hurlock (1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada usia 2,5-3,5 dan 5,5 -- 6,4 tahun.

Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan kadar emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak samakin mampu untuk mengontrol emosinya.

Reaksi emosi muncul setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya dan dengan waktu yang diinginkannya pula.

Emosi mudah berubah dan memperlihatkan reaksi spontanitas atau kondisi asli dan anak sangat terbuka dengan pengalaman-pengalaman hatinya.

Reaksi emosi berdsifat individual dan pemicu emosi yang sama, namun reaksi yang ditimbulkan berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh factor pemicu emosi

Keadaan emosi anak dikendalikan dengan gejala tingkah laku yang ditampilkan dan anak sulit mengungkapkan emosi secara verbal dan emosi mudah dikenali melalui tingkah laku yang ditunjukkan.

Hurlock (1978) perilaku prososial yang umum terjadi pada diri anak diantaranya:

Meniru : melakukan perilaku orang dewasa disekitarnya

Persaingan : keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain

Kerja sama : bermain koperatif bersama teman

Simpati : menggambarkan perasaan belas kasih atas kesedihan orang lain (KBBI)

Empati : menempatkan diri pada posisi kesedihan orang tersebut (KBBI)

Dukungan sosial : dukungan dari orang sekitar

Berbagi : memberikan miliknya kepada teman atau orang dewasa sebagai bentuk keperdulian

Perilaku akrab : hubungan erat dan personal dengan orang lain atau teman sebaya.

Selain perilaku prososial anak juga memiliki perilaku anti sosial:

Negatifisme : perilaku melawan otoritas orang dewasa

Agresif : perilaku menyerang jika diganggu orang lain

Perilaku berkuasa : menganggap semua benda miliknya

Memikirkan diri sendiri : mementingkan keinginan sendiri

Merusak : membanting atau menghancurkan barang-barang.

Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. pada masa ini proses anak belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam masyarakat. Piaget dalam teorinya menyebutkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada tahap ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi dengan baik dengan orang lain. (Nurmalitasari, 2015)

Menurut Hurlock 2000 dalam Musyafaroh (2017) untuk mencapai perkembangan sosial dan mampu bermasyarakat, seorang individu harus memerlukan tiga proses. ketiga proses tersebut saling berkaitan dan apabila terjadi kegagalan dalam satu proses dari tiga proses tersebut, maka akan menurunkan kadar sosialisasi individu tersebut. ketiga proses tersebut adalah; pertama, perprilaku yang dapat diterima secara sosial dan setiap kelompok masyarakat memiliki standar perilaku tersebut. Kedua, belajar memainkan peran sosial. Ketiga, perkembangan proses sosial yakni menyukai orang lain dan kegiatannya. Menurut Moh Padil dan Trio Supriyatno dalam Musyarofah (2017) perkembangan sosial anak dapat dilakukan dengan du acara: pertama, proses belajar sosial dan pembentukan loyalitas sosial.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosial anak dapat dikembangkan dengan cara mengajak anak secara langsung berinteraksi dengan lingkungan sekitanya. Dengan demikian perlahan kemampuan bersosial dalam diri anak akan terus berkembang dan pada proses ini juga perkembangan emosi anak juga akan berkembang.

Musyafaroh (2017) Berdasarkan teori sosialisasi, anak dapat melakukan proses sosialisasi pasif maupun sosialisasi aktif. Teori sosialisasi pasif menerangkan bahwa anak hanya akan memberikan respon kepada orang tua dan mengabaikan orang lain. Teori sosialisasi aktif yakni sosialisasi yang dilakukan anak dengan mengembangkan peran sosialnya. Media yang berperan penting dalam mengembangan proses sosialisasi anak adalah: orang tua, sekolah, lembaga keagamaan, lingkungan sosial dan media massa.

Selanjutnya Campos dalam Nurmalitasari (2015) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul saat seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting. Emosi diwakilkan oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap situasi yang dialami. Emosi tersebut dapat berupa rasa senang, takut, marah dsb. Adapun karakteristik emosi pada anak usia dini: berlangsung secara singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat dan hebat dan berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba. Emosi dikategorikan menjadi dua yakni emosi positif dan emosi negatif. Santrock mengungkapkan sebagian besar dipengaruhi oleh dasar bilologis dan pengalaman masa lalu.

Sebagian besar penelitian yang berkaitan pada dengan hubungan sosial manusia, menunjukkan, bahwa pengalaman sosial awal (keluarga) dan dimulai pada masa kanak-kanak dan akan menetap pada diri seseorang dan berpengaruh untuk kehidupan orang tersebut. Wulan dalam Mulyani 2014 Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengalaman sosial pada anak usia dini, sebagai berikut:

Penyesuaian sosial, jika perilaku menyesuaikan diri pada anak berkembang dengan baik, maka akan menetap pada diri anak hingga ia dewasa.

Keterampilan sosial, sikap yang tertanam pada diri anak akan berpengaruh pada keterampilannya dalam bergaul.

Partisipasi aktif, pengalaman sosial sejak dini pada diri anak akan mempengaruhi keaktifan seorang anak dalam berpartispasi di masyarakat hingga ia dewasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun