Perilaku berkuasa : menganggap semua benda miliknya
Memikirkan diri sendiri : mementingkan keinginan sendiri
Merusak : membanting atau menghancurkan barang-barang.
Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. pada masa ini proses anak belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam masyarakat. Piaget dalam teorinya menyebutkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada tahap ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi dengan baik dengan orang lain. (Nurmalitasari, 2015)
Menurut Hurlock 2000 dalam Musyafaroh (2017) untuk mencapai perkembangan sosial dan mampu bermasyarakat, seorang individu harus memerlukan tiga proses. ketiga proses tersebut saling berkaitan dan apabila terjadi kegagalan dalam satu proses dari tiga proses tersebut, maka akan menurunkan kadar sosialisasi individu tersebut. ketiga proses tersebut adalah; pertama, perprilaku yang dapat diterima secara sosial dan setiap kelompok masyarakat memiliki standar perilaku tersebut. Kedua, belajar memainkan peran sosial. Ketiga, perkembangan proses sosial yakni menyukai orang lain dan kegiatannya. Menurut Moh Padil dan Trio Supriyatno dalam Musyarofah (2017) perkembangan sosial anak dapat dilakukan dengan du acara: pertama, proses belajar sosial dan pembentukan loyalitas sosial.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosial anak dapat dikembangkan dengan cara mengajak anak secara langsung berinteraksi dengan lingkungan sekitanya. Dengan demikian perlahan kemampuan bersosial dalam diri anak akan terus berkembang dan pada proses ini juga perkembangan emosi anak juga akan berkembang.
Musyafaroh (2017) Berdasarkan teori sosialisasi, anak dapat melakukan proses sosialisasi pasif maupun sosialisasi aktif. Teori sosialisasi pasif menerangkan bahwa anak hanya akan memberikan respon kepada orang tua dan mengabaikan orang lain. Teori sosialisasi aktif yakni sosialisasi yang dilakukan anak dengan mengembangkan peran sosialnya. Media yang berperan penting dalam mengembangan proses sosialisasi anak adalah: orang tua, sekolah, lembaga keagamaan, lingkungan sosial dan media massa.
Selanjutnya Campos dalam Nurmalitasari (2015) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul saat seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting. Emosi diwakilkan oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap situasi yang dialami. Emosi tersebut dapat berupa rasa senang, takut, marah dsb. Adapun karakteristik emosi pada anak usia dini: berlangsung secara singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat dan hebat dan berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba. Emosi dikategorikan menjadi dua yakni emosi positif dan emosi negatif. Santrock mengungkapkan sebagian besar dipengaruhi oleh dasar bilologis dan pengalaman masa lalu.
Sebagian besar penelitian yang berkaitan pada dengan hubungan sosial manusia, menunjukkan, bahwa pengalaman sosial awal (keluarga) dan dimulai pada masa kanak-kanak dan akan menetap pada diri seseorang dan berpengaruh untuk kehidupan orang tersebut. Wulan dalam Mulyani 2014 Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengalaman sosial pada anak usia dini, sebagai berikut:
Penyesuaian sosial, jika perilaku menyesuaikan diri pada anak berkembang dengan baik, maka akan menetap pada diri anak hingga ia dewasa.
Keterampilan sosial, sikap yang tertanam pada diri anak akan berpengaruh pada keterampilannya dalam bergaul.