Howard Gardner dikenal karena teorinya tentang kecerdasan majemuk (multiple intelligences), yang menjelaskan bahwa setiap individu memiliki berbagai jenis kecerdasan yang dapat mempengaruhi cara mereka belajar dan berinteraksi dengan dunia. Meskipun fokus utamanya adalah pada kecerdasan, ada aspek dalam teorinya yang dapat dikaitkan dengan pengembangan sosial.
Berikut adalah beberapa poin penting mengenai teori Gardner yang dapat dihubungkan dengan pengembangan sosial:
1. **Kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal**: Gardner mengidentifikasi dua jenis kecerdasan yang sangat relevan dengan pengembangan sosial, yaitu kecerdasan interpersonal (kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain) dan kecerdasan intrapersonal (kemampuan untuk memahami diri sendiri). Keduanya penting dalam konteks pengembangan sosial karena mempengaruhi bagaimana individu berhubungan dengan orang lain dan bagaimana mereka memahami posisi mereka dalam masyarakat.
2. **Pendidikan Multidimensi**: Teori kecerdasan majemuk mendukung pendekatan pendidikan yang lebih komprehensif dan multidimensi. Dengan memahami bahwa siswa memiliki berbagai kecerdasan, pendidik dapat merancang strategi pembelajaran yang sesuai untuk mendukung pengembangan sosial dan emosional, bukan hanya akademis.
3. **Penghargaan terhadap Keberagaman**: Gardner menekankan pentingnya menghargai variasi dalam cara orang belajar dan berinteraksi. Hal ini mendorong lingkungan sosial yang inklusif, di mana perbedaan diakui dan diterima, yang pada gilirannya dapat memperkuat kohesi sosial.
4. **Peran Lingkungan Sosial**: Gardner juga memberikan perhatian pada pengaruh lingkungan sosial dalam pengembangan kecerdasan. Lingkungan yang mendukung dapat bantu individu mengembangkan kecerdasan mereka secara optimal, termasuk keterampilan sosial.
5. **Pembelajaran Kolaboratif**: Dalam konteks pendidikan, pembelajaran kolaboratif sangat penting. Kecerdasan interpersonal mendorong siswa untuk bekerja sama dan belajar satu sama lain, yang merupakan elemen kunci dalam pembangunan keterampilan sosial.
a.Peran Sekolah Bagi Perkembangan Anak dalam Multiple Intelligences
Problematika pendidikan sekolah di Indonesia mengalami masa-masa penuh dilema. Pendidik hingga saat ini masih menerapkan pendekatan akademik penuh hafalan. Praktik yang sesuai dengan kebutuhan/perkembangan anak belum seluruhnya diterapkan. Keberhasilan belajar anak diukur dari kepatuhan, kemampuan kognitif dan sosial anak. Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik, intrapersonal, dan naturalis dianggap sebagai anak-anak yang bermasalah. Beberapa pendidik, bahkan, mengecap mereka sebagai anak yang hiperaktif, kuper, dan jorok. Pandangan ini telah membawa efek yang merugikan bagi anak-anak, terutama bagi perkembangan mereka.
Pendidikan yang berbasis multiple intelligences, berpeluang memberikan pengalaman hidup yang menyenangkan bagi anak dan memantik kecerdasan mereka. Padahal, sebagaimana dikatakan oleh Howard Gardner (Armstrong, 2003) perkembangan kecerdasan ditentukan oleh crystallizing experience dan paralyzing experience. Hal ini menunjukkan pentingnya pengalaman baik yang mengesankan bagi anak, dan betapa berbahayanya pengalaman buruk yang menyakitkan anak. Dengan kata lain, anak-anak yang dididik dengan konsep multiple intelligences akan mendapatkan perlakuan yang adil, memperoleh dukungan yang sangat mungkin menjadi crystallizing experience. Mereka akan memperoleh kesempatan berkembang sehingga setiap indikator dari kecerdasan berkembang optimal, dan muncul dalam bentuk keterampilan yang menakjubkan.
Teori multiple intelligences membuka kemungkinan bagi setiap anak untuk belajar dan mencapai tugas perkembangan. Multiple intelligences menghindarkan anak dari kegagalan tugas perkembangan, seperti rasa rendah diri dan tidak bahagia, rasa ketidaksetujuan dan penolakan sosial, yang akan menyulitkan penguasaan tugas perkembangan baru. Tugas perkembangan akan terganggu jika anak tidak memperoleh kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan oleh kelompok sekolah, tidak memperoleh bimbingan dalam belajar, dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Sebaliknya anak akan terdukung oleh lingkungan yang memberikan kesempatan anak untuk belajar, bimbingan belajar dari orang tua dan pendidik, serta motivasi yang kuat untuk belajar (Hurlock, 1997). Hal ini berarti, multiple intelligences memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan dukungan untuk pencapaian tugas perkembangan.