Mohon tunggu...
Nur Asih Jayanti
Nur Asih Jayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Freelancer // Belajar menulis // CP : menurasih@gmail.com

Senang menulis tentang Pertanian, pangan, dan lifestyle. Enjoy the moment!

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sayur Lodeh: Sejarah Unik dan Salah Satu Makanan Kesukaan Soekarno

7 Juni 2023   21:18 Diperbarui: 7 Juni 2023   21:22 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sayur lodeh oleh Indozone

Mengapa sayur lodeh banyak digemari ? Apa kamu juga salah satu penggemar sayur yang satu ini ?

Sayur lodeh adalah masakan sayur khas Indonesia yang sangat familiar di daerah Jawa Tengah dan di Yogyakarta. Makanan khas ini terdiri dari berbagai sayuran yang disertai dengan kuah santan yang berwarna putih dan ada pula yang berwarna kuning kemerahan. Rasanya yang gurih lebih nikmat jika disajikan dengan nasi hangat. 

Dan perlu diketahui bahwa sayur lodeh ini punya sejarah yang unik. 

Sekilas sejarah sayur lodeh 

Pada jaman dahulu, tahun 1931 di Yogyakarta sedang terkena wabah pes yang mengharuskan masyarakat berdiam diri di rumah. Sehingga Sultan Hamengkubuwono VIII menghimbau warganya agar memasak sayur lodeh dalam masa karantina tersebut. 

Himbauan ini dilakukan karena bahan bahan yang digunakan mudah didapat dan terciptanya oesab silidaritas sosial karena seluruh kota memasak makanan yang sama dalam masa yang sama pula. 

Dibalik bahan bahannya yang mudah didapat, ternyata bahannya dianggap "bermanfaat bagi kesehatan". Kenyataannya sekarang sayur lodeh menjadi santapan sehari hari dan cocok di lidah masyarakat Indonesia. 

Makna 7 warna sayur lodeh 

Dalam tradisi Yogyakarta, sesuai dengan sejarahnya, sayur lodeh dipercaya sebagai "tolak bala". 

1. Kluwih, Kluwargo luwihono anggone gulowentah gatekne (perintah untuk melebihkan keluarga dalam memberikan nasihat dan perhatian). 

2. Cang Gleyor, Cancangen awakmu ojo lungo lungo (perintah untuk tetap berdiam diri di rumah, jangan bepergian apabila tidak bermanfaat). 

3. Terong, terusno anggone olehe manembah Gusti ojo datnyeng, mun yen iling tok (perintah untuk terus beribadah dan meningkatkannya, jangan dilakukan hanya jika ingat saja).

4. Kulit Melinjo, Ojo mung ngerti njobone ning kudu reti njerone babakan pagebluk. (Perintah untuk memahami suatu wabah, jangan hanya tau dari luarnya saja, jangan hanya tahu akibatnya saja, tetapi harus memahami lebih dalam penyebab wabah atau pagebluk tersebut).

5. Waluh, Uwalono ilangono ngeluh gersulo. (Perintah untuk jangan sering mengeluh. Bahan ini diharapkan dapat menghilangkan keluhan dan memperbanyak bersyukur agar tetap semangat dalam menghadapi situasi pagebluk).

6. Godong so, golong gilig donga kumpul wong sholeh sugeh kaweruh babakan agomo lan pagebluk (Perintah untuk berkumpul berdoa bersama dengan orang orang salih dan berilmu).

7. Tempe, temenono olehe dedepe nyuwun pitulungane Gusti Allah (Perintah untuk benar benar yakin dalam memohon pertolongan kepada Allah). 

Salah satu makanan kesukaan Soekarno 

Sayur lodeh mempertemukan Hartini dan Soekarno. 

Pada saat Soekarno mengunjungi kediaman Wali Kota Salatiga, dan melakukan makan siang dimana hidangan yang tersaji diantaranya yaitu sayur lodeh. Soekarno mencicipi sayur tersebut dan sontak Soekarno memanggil Bapak Wali Kota dan bertanya " siapa yang masak sayur lodeh enak ini. Saya ingin mengucapkan terima kasih kedapanya."

Akhirnya Hartini didorong oleh para ibu agar menunjukkan bahwa dirinyalah yang memasak sayur lodeh tersebut. Hartini dengan wajahnya yang gugup bertatapan dengan Soekarno sembari berjabat tangan kemudian Soekarno memgang tangan Hartini dan bertanya "Rumahnya dimana? Anaknya berapa? Suaminya?"

Sejak saat itulah Soekarno mulai jatuh cinta kepada sosok Hartini hingga beliau menulis sebuah surat ungkapan cinta untuk Hartini. Beberapa kali Soekarno mengajak Hartini untuk menikah namun selalu berujung penolakan, sebab Hartini takut dikira merebut suami orang lain. 

Meski begitu Soekarno tidak mudah menyerah, beliau berusaha merayu Hartini sampai hatinya luluh dan akhirnya membuka hati untuk menerima ajakan menikah dari Soekarno dan Fatmawati kala itu tetap menjadi Ibu Negara. 

Ternyata sayur lodeh penuh dengan sejarah bukan ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun