Mohon tunggu...
Nur Ansar
Nur Ansar Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja lepas

Sesekali jalan-jalan dan baca buku

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bekerja dan Belajar dari Panen Cengkeh

3 Agustus 2018   22:19 Diperbarui: 4 Agustus 2018   05:10 3306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biji cengkeh yang siap panen. Foto diambil dari atas tangga (dokumentasi pribadi)

Sebenarnya memetik cengkeh terkadang membuat dilema. Ketika buah yang dipetik hanya sedikit, rasanya tidak puas. Akan tetapi jika yang dipetik jumlahnya banyak, maka akan berpengaruh pada saat proses memisahkan biji cengkeh dengan gagangnya. Bagaimana tidak, semakin banyak cengkeh yang dipetik, maka semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk memisahkan biji dengan gagangnya. Terkadang saya melakukan proses itu hingga jam 12 malam.

Tanrang adalah tangga khusus untuk memetik cengkeh, (dokumentasi pribadi).
Tanrang adalah tangga khusus untuk memetik cengkeh, (dokumentasi pribadi).
Kabupaten Bantaeng adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang letaknya sangat strategis secara geografis. Berbatasan dengan laut dan berada di kaki gunung Lompo Battang. Selain itu, puncak gunung Lompo Battang berada di wilayah kabupaten Bantaeng, sehingga wilayah Bantaeng terdiri daru dataran rendah hingga dataran tinggi.

Dengan kondisi geografis seperti itu, maka tanaman cengkeh bisa tumbuh di Bantaeng. Cengkeh ditanam di sekitaran ketingggian 500 sampai 1000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Akan tetapi bukan tidak mungkin cengkeh ditanam pada ketinggian 100 mdpl atau di atas 1000 mdpl. Namun, tentu saja akan berpengaruh pada pertumbuhan cengkeh yang ditanam.

Kecamatan Tompobulu merupakan kecamatan di kabupaten Bantaeng menjadi daerah yang paling banyak ditanami cengkeh. Tompobulu sudah masuk dalam daerah pegunungan sehingga sangat cocok untuk ditanami cengkeh. Oleh karena itu, masyarakat banyak menanam cengkeh di kebunnya.

Kampung saya misalnya, banyak ditemui tanaman cengkeh, bahkan di depan rumah warga. Pohon cengkeh yang ditanam di depan rumah, menurut masyarakat di kampung saya, katanya program dari Orde Baru yang membagi bagikan bibit cengkeh kepada masyarakat agar ditanam. Oleh karena itu, sekarang banyak ditemui pohon cengkeh yang sudah berumur puluhan tahun di depan rumah masyarakat. Bahkan sudah ada yang ditebang atau mati karena tidak produktif lagi.

Dari cerita yang saya dengarkan di masyarakat, masuknya cengkeh di Tompobulu,membuat petani banyak yang menebang pohon kakao miliknya dan diganti dengan cengkeh. Harga cengkeh pada saat itu tidak begitu mahal. Bahkan pernah cengkeh tidak dibeli sama sekali.

Pada saat harga cengkeh yang begitu murah dan bahkan tidak dibeli, banyak petani yang kemudian menebang pohon cengkehnya. Terkadang biji cengkeh hasil panen hanya digunakan untuk rempah-rempah saat ada acara keluarga. Akan tetapi, pada tahun berikutnya, cengkeh kembali dibeli dengan harga yang lumayan. Akhirnya banyak petani yang merasa menyesal karena menebang pohon cengkeh miliknya. Bahkan banyak petani yang kembali menanam cengkeh.

Harga cengkeh terus meningkat setiap musimnya. Musim lalu, di kampung saya harga cengkeh basah perkilonya adalah 40.000. Harga cengkeh yang lumayan mahal, mendorong petani semakin semangat menanam cengkeh. Bahkan di daerah dataran rendah misalnya Desa Tombolo, cengkeh mulai ditanam di kebun yang dulunya ditanami jagung atau sayuran.

Akan tetapi, pada musim ini, harga cengkeh yang masih basah, hanya dibeli 26.000 rupiah perkilo. Sementara untuk cengkeh kering dibeli dengan harga sekitar 80.000 rupiah perkilo. Harga menurun drastis.

***

Panen cengkeh adalah sesuatu yang saya tunggu-tunggu. Apalagi bertepatan dengan liburan. Saya bisa mengisi liburan dengan memetik cengkeh. Selain itu saya bisa mendapatkan uang belanja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun