Berbicara mengenai budaya maupun adat istiadat sebenarnya banyak dan luas sekali cakupannya. Dimulai dari kesenian tari, teater, musik, rupa, dll. Masing-Masing daerah pasti memiliki ciri khas budaya nya masing-masing dan juga masih banyak yang dilestarikan. Begitu pula dengan Kota Malang, disini banyak dijumpai kesenian tari seperti tari topeng, tari jaranan, tari beskalan, bantengan dan masih banyak lagi. salah satu kesenian yang masih tetap terjaga dan dilestarikan di daerah rumah saya yaitu kesenian bantengan.Â
Seni ini dimainkan dengan menggunakan topeng banteng. Seni ini dimainkan oleh 2 orang dalam satu banteng, pemain yang pertama yaitu posisinya ada didepan tugas nya yaitu memegang kepala banteng (topeng banteng) sedangkan pemain yang kedua, posisinya ada dibelakang tugasnya yaitu menjadi kaki belakang banteng.
Topeng yang digunakan ini, tanduknya berasal dari tanduk banteng asli, dan untuk badanya menggunakan kain warna hitam. Pemain bantengan sebagian besar adalah laki-laki. Sebelum melakukan bantengan, ada pantangan tersendiri sebelum melakukannya yaitu seperti tidak boleh makan kacang-kacangan dan meminum minuman keras.Â
Sebelum kesenian ini dimulai biasanya para pemain dan kru nya melakukan ritual khusus terlebih dahulu, yaitu dengan membawa sesajen ke suatu tempat yang dianggap tempat leluhur dari daerah setempat saya. Di daerah saya tempat leluhurnya itu ada di sebuah pohon yang cukup besar dekat dengan sungai. Tujuan dari datang ketempat leluhur yaitu, leluhur ini akan berpartisipasi dengan cara merasuki para pemain pada saat kesenian ini berlangsung. Â
Kesenian ini dimainkan dengan bantuan alat musik gamelan,kenong, gong dll. Dalam kesenian ini mereka menari secara leluasa dan bebas. Para penari ini diawasi oleh pamong atau pendekar yang memegang kendali dalam tarian ini. Merekalah yang mengawasi penari pada saat mereka mulai dirasuki oleh leluhur dan mereka pula yang memegang kendali penuh dalam memaikan pecut. Nah, pecut inilah yang digunakan untuk mengontrol dan mengawsi para pemain. Herannya, pada saat para pemain mulai dipecut, mereka sama sekal tidak merasakan sakit apapun dan bahkan tidak meninggalkan bekas luka pada bagian yang dipecut.Â
Arti dar kesenian Bantengan ini yaitu tentang bagaimana cara hidup berkelompok. Kesenian ini kan melibatkan banyak orang/partisipasi. Seperti halnya banteng, banteng hidupnya berkelompok. Jadi ibaratnya, kita hidup itu pasti membutuhkan orang lain. Kesenian ini juga, membuat kita tau tentang guyub antar masyarakat, gotong royong, saling membantu dan tolong menolong, dan juga menjunjung rasa persatuan.Â
Salah satu perilaku dari kesenian ini yang masih tetap di lakukan yaitu, Â 'anjang sana anjang sini' maksud dari kata itu yaitu kebudayaan balas budi. Jadi, suatu misal grup banteng dari tempat saya diundang untuk mengisi dan meramaikan suatu acara di daerah yang lain (daerah B) Â maka, dilain waktu grup banteng dari daerah B akan mendatangi daerah saya dan ikut meramikan dan mengisi acara juga karena grup banteng daeah saya sudaah menghibur dan mengisi acara di daerah B tersebut.
Masyarakat di daerah saya, sangat antusias dan banyak yang menonoton kesenian ini. Biasanya, bantengan ini dimainkan di lapangan yang luas dan biasanya, dimainka pada malam hari atau siang hari. Meskipun bantengan ini dimainkan pada malam hari, rasa antusias penonton ini tetap menggebu-gebu untuk menonton kesenian ini. Selain di mainkan di lapangan, biasanya bantengan dimainkan pada saat ada acara khitanan atau acara nikahan.Â
Selain kedua acara tersebut, bantengan ini dimainkan pada saat karnaval memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia dan karnaval pada saat Kota Malang sedang berulang tahun. Pada saat karnaval, mereka menari dijalanan dengan bebas, dan setelah tiba ditempat akhir dari tujuan karnaval baru leluhur akan mulai merasuki pemain tersebut.Â
Pada saat dijalanan para pamong ini tidak memasukkan arwah leluhur pemain, karena di daerah saya pernah kejadian kalau pas para pemain dirasuki terjadi kekacauan di jalanan dan ada sebagian orang yang terluka. Penonton dari kesenian ini cukup banyak sekali, mulai dari anak-anak kecil, hingga orang dewas pun mereka sangat antusisas sekali dengan bantengan ini. Mereka tidak peduli panas, hujan dingin cuaca tersebut, malam atau pun siang yang terpenting mereka menonton dan enjoy menikmati kesenian bantengan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H