Mohon tunggu...
Ria Astuti
Ria Astuti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menikmati Perjalanan :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta (Luar) Biasa

17 Oktober 2012   15:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:44 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_211818" align="aligncenter" width="720" caption="ilustrasi : FB Muslimah.or.id"][/caption]

Aku tidak melarangmu menikah lagi

Aku juga tidak akan mengikat kebebasan jiwamu

Sejujurnya aku cemburu…

Cemburu padamu,

Begitu sayangnya Tuhan padamu

hingga ia memberikan segala kebutuhanmu

lahir dan bathin…

,

Suamiku,

Engkau mencintaiku

Aku mencintaimu

Perempuan itu mencintaimu

Tidak lagi penting bagiku

Apakah kau memilihnya

Atau memilihku

Aku melihat Tuhan telah memilihkannya untukmu

Bagaimana aku mampu menghentikan kehendakNya ?

,

DIA Pemilik Langit dan Bumi

Telah menyempurnakan melalui semestaNya

Untuk membuatmu menemukannya

Tidak ada kekuatanku untuk melawanNya

Cintaku ini begitu naif

Ingin mengikatmu

Untuk hanya dipelukanku saja

Lalu bagaimana dengan iman yang bersarang dalam nuraniku?

Ia berteriak

Menjerit sekerasnya…

Membawakan cermin besar

Betapa beruntungnya aku

dengan segala kesempurnaan fisikku,

dengan segala kebahagiaan yang telah dititipkanNya padaku,

cermin itu berteriak… !

memaksaku,

Melihat dengan hati

Segala keterbatasan dia,

dia-perempuan yang telah dipilihkanNya

untukmu…

,

Suamiku,

Aku memahami…

Kau menemukan kepingan puzzle hidupmu

Dalam dirinya

Diapun menemukan kesempurnaannya dalam dirimu

Aku tidak lagi mampu melengkapimu

Hanya dengan bekal cinta sederhana ini…

Yang aku tahu,

Ada kehidupan abadi setelah ini

Di mana aku akan menemukan sejatinya cinta…

Biarlah aku mengejar keabadianku

Dengan mendermakan baktiku

Demi kebahagiaan dunia akhiratmu…

,

Aku tidak tahu

Ini musibah

Atau justru nikmat

Yang dianugerahkanNya

Untukku

Aku hanya berprasangka baik

Demi menjaga kesehatan lahir bathinku

….

________________________

Panji membaca puisi ini, di sebuah blog ketika iseng mengetikkan kata “menikah lagi”, ia tidak mengenal penulisnya, dari waktu postingnya diketahui puisi ini dituliskan sepuluh tahun yang lalu, tanggal postingnya sama persis dengan tanggal di mana ia menikah dengan Maharani. Puisi ini jelas ditujukan untuk suami tercinta si penulisnya. Panji tidak tahu mengapa air matanya perlahan menggenang setelah membaca puisi ini. Iapun kemudian mengetikkan sebuah sms yang ditujukan kepada istrinya di rumah,

“ Bunda, Ayah mencintaimu karena Allah…“

Send. _______ Note: Puisi ini untuk seorang sahabat, semoga mewakili perasaan hatimu :) terimakasih sudah memberiku banyak sekali pelajaran berharga tentang sucinya sebuah makna cinta, salam sayang... :-*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun