Mohon tunggu...
Nurani PutriSetya
Nurani PutriSetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - ABC

DEF

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Komunikasi Keluarga pada Anak yang Tinggal bersama Keluarga Besar (Extended Family)

22 November 2021   22:27 Diperbarui: 22 November 2021   22:40 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman Seorang Anak yang Tinggal bersama Extended Family

Extended family merupakan keluarga yang mencakup berbagai keluarga inti beserta dengan nenek, paman, bibi, sepupu, keponakan, hingga cucu. Kehidupan seseorang yang tinggal bersama extended family tentu berbeda dengan keluarga inti (nuclear family). Seperti hal yang dialami oleh seorang remaja berusia 20 tahun berinisial DRP, dia berpendapat bahwa hidup bersama extended family memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Rasa tolong-menolong tanpa rasa pamrih dalam extended family menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan. Akan tetapi, ruang privasi dalam extended family cenderung terbatas sehingga DRP sulit memiliki me-time atau waktu untuk fokus pada diri sendiri.

Komunikasi dalam extended family cenderung bersifat terbuka sehingga DRP yang mulanya sulit dalam berkomunikasi kini mampu menyampaikan apa yang ada di pikirannya pada orang lain. Kesetaraan dan keadilan dalam keluarga didapatkan oleh DRP. Setiap anggota keluarga berhak mengekspresikan pikiran mereka dan turut serta dalam pengambilan keputusan ketika bermusyawarah. Meskipun begitu, pengambilan keputusan dalam keluarga narasumber tetap terpusat pada satu orang yang paling dominan dengan mempertimbangkan pendapat anggota keluarga lainnya. Keputusan akhir dalam extended family narasumber biasanya ditentukan oleh laki-laki paling tua dalam keluarga yang dianggap memiliki jiwa kepemimpinan paling tinggi dan bijaksana. 

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga terhadap Perkembangan Anak dalam Extended Family

Setiap keluarga menerapkan pola komunikasi yang berbeda-beda tergantung dengan karakter keluarga itu sendiri. Bentuk komunikasi yang diterapkan dapat berupa verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal disampaikan melalui penggunaan bahasa, intonasi, dan nada saat berbicara. Anak akan cenderung mudah menerima perkataan bila disampaikan dengan intonasi yang lembut dan nada bicara rendah, namun anak akan memberontak atau tersinggung bila diajak berbicara dengan intonasi yang kasar dan nada bicara tinggi. Hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana cara anak berkomunikasi dengan verbal karena anak-anak cenderung meniru sikap atau perilaku orang yang mereka lihat. Komunikasi nonverbal berhubungan dengan cara menyampaikan informasi atau pikiran melalui gerakan anggota tubuh, ekspresi wajah, tatapan mata, penampilan, dan gaya. Bentuk komunikasi nonverbal dapat berupa anggukan untuk menyampaikan perkataan setuju atau pelukan untuk menenangkan orang yang sedih.

Salah satu peran utama dalam keluarga inti adalah pengasuhan bagi tumbuh kembang anak. Akan tetapi, di dalam sebuah keluarga besar (extended family), peran ini tidak hanya menjadi peran orang tua kandung saja, namun juga menimbulkan adanya pengaruh dari keluarga besar. Pengasuhan anak yang tinggal bersama dengan extended family memungkinkan anak mendapat asuhan dari kakek, nenek, paman, dan bibinya. Komunikasi yang dilakukan anggota keluarga besar terhadap sang anak tentu memiliki cara yang berbeda. Hal ini dapat menjadi sebuah hal positif maupun negatif tergantung dari bagaimana pola komunikasi yang dilakukan masing-masing anggota keluarga besar terhadap sang anak.

Konflik yang mungkin terjadi bila seorang anak tinggal bersama dengan keluarga besarnya yaitu dapat terjadinya perbedaan pendapat, cara pandang, serta cara pengasuhan yang seringkali menimbulkan perselisihan diantara anggota keluarga. Untuk menyelesaikan masalah pengasuhan anak dalam keluarga besar, dapat dilakukan dengan metode musyawarah. Selain itu, pola komunikasi dalam mengasuh anak lebih baik jika dilakukan oleh orang tua kandung dari sang anak itu sendiri. Hal ini dikarenakan tentunya orang tua kandung sendiri yang lebih memahami bagaimana karakteristik anak, sehingga dapat memberikan pola asuh yang tepat bagi anak agar anak dapat berkembang dengan baik. Peran anggota keluarga besar hanya sebagai pendukung dalam proses pengasuhan untuk memberikan perhatian dan memenuhi kebutuhan anak di saat orang tua kandungnya tidak berada di rumah karena bekerja.

Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan, pengasuhan anak dalam keluarga memiliki peran yang sangat penting yang mempengaruhi kepribadian atau karakter seorang anak. Karakter anak yang terbentuk ditentukan oleh pola asuh orang tua terhadap anaknya. Pola asuh yang paling tepat dilakukan adalah pola asuh demokratis karena memungkinkan adanya pertukaran pendapat atau pikiran antara orang tua dan anak secara bebas. Pola asuh demokratis mendukung kebebasan anak, namun tetap berada di bawah bimbingan orang tua. Oleh karena itu, orang tua pun akan menghargai dan memahami keadaan anak sehingga anak akan merasa nyaman, menjadi pribadi yang mandiri, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar dengan baik.

Menguasai Pengalaman Komunikasi Pengasuhan Anak Dalam Extended Family

Metode pengasuhan anak yang diterapkan seorang tidak terlepas dari pemaknaan tiap- tiap orang terhadap pengasuhan itu sendiri. Pengasuhan anak di mata para informan bukan saja ialah masalah raga ataupun suatu perihal yang bisa dilihat mata. Lebih dari itu segala informan mengatakan bahwa pengasuhan anak pula berkaitan dengan membagikan pembelajaran baik secara psikis serta sosial dalam wujud kasih sayang, atensi, komunikasi, pendidikan, serta kontrol. Le Poire( 2006: 134) mencatat kalau figur orang tua di dalam keluarga amat mencermati keperluan kanak- kanak supaya mereka berkembang dengan sehat. Orang tua berbicara dalam cara- cara yang dibangun buat menolong anak tumbuh secara intelektual, raga, emosional, serta sosial, yang menuju pada kesehatan serta kesejahteraan terbaik untuk mereka.

Aktivitas pengasuhan anak yang dicoba para informan tiap hari dicoba bergantian dengan anggota keluarga besar yang lain, umumnya bersumber pada waktu luang di luar jam kerja mereka. Kegiatan keseharian tersebut terkadang digunakan informan buat berbincang- bincang dengan anak, mengajak mereka menceritakan aktivitas sepanjang di sekolah, ataupun menerangkan kepada anak hal hal yang baru mereka temukan. Hendak namun kemajuan teknologi yang tumbuh hingga ke dunia game lebih menarik untuk kanak- kanak dari pada wajib menuruti perintah orang tua buat belajar, tidur siang, apalagi makan. Dalam mengalami serta menuntaskan perihal ini nyaris segala informan mengambil langkah seragam ialah memarahi anak serta menerangkan. Langkah ini senantiasa dicoba supaya sikap anak bisa terkendali dengan baik. Walaupun berpartisipasi dalam aktivitas pengasuhan anak yang mengaitkan orang ketiga, kebanyakan informan malah melaporkan ketidaksetujuan apalagi ketidaksukaan terhadap keberadaan pihak ketiga dalam proses pengasuhan anak. Bagi mereka campur tangan pihak ketiga malah berpotensi memunculkan perbandingan pemikiran yang berakibat pada perbandingan metode pengasuhan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun