(Puisi) Menuju Jalan Keabadian
Di ujung cakrawala, cahaya mulai redup,
Langkah kaki kerap terhenti, napas mulai sesak,
Namun senyum tetap mengembang di bibir,
Hati tenang, jiwa damai, tak ada sesal.
Dalam sunyi, ia bermunajat pada Ilahi,
Menghaturkan syukur atas nikmat hidup,
Memohon ampunan atas segala khilaf,
Menanti panggilan-Nya dengan hati lapang.
Dunia fana kini mulai terlupakan,
Harta benda tak lagi berarti,
Yang ada hanyalah iman dan harapan,
Untuk kembali ke haribaan Ilahi.
Dalam keheningan, ia merasakan kedamaian,
Jiwa penuh keikhlasan, menuju keabadian,
Siap meninggalkan dunia yang fana,
Untuk menyongsong kehidupan yang kekal.
Meskipun tubuh telah lemah, bibir selalu dzikir,
Raga terus berjuang, memupuk amalan,
Menebar kebaikan sekira tubuh mampu,
Sebagai bekal menuju keabadian surgawi.
Bogor, 15/12/2024
Tema utama puisi ini adalah kematian sebagai bagian dari siklus hidup yang harus dihadapi dengan tenang dan penuh keyakinan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H