Berkembangnya teknologi saat ini menjadikan kita dapat dengan mudah menerima jutaan informasi di luar sana, contohnya melalui Instagram. Aplikasi yang sedang digemari dan memiliki banyak pengguna di seluruh dunia ini mempunyai fitur-fitur yang mendukung untuk update video/foto, seperti fitur instastory yang penuh dengan postingan rutinitas para pengguna. Dari sinilah, kita sebagai penonton, dapat memicu munculnya perasaan cemas lalu membandingkan kehidupan kita dengan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan atau bahagia.
FOMO dipopulerkan oleh Patrick Mc Ginnis
Patrick Mc Ginnis menulis buku FOMO Sapiens Handbook yang sangat populer.
Fear of Missing Out, atau FOMO, adalah istilah yang semakin populer dan fenomena yang semakin umum di era digital saat ini. Istilah ini mengacu pada ketakutan akan kehilangan momen penting atau tren terbaru, yang sering dipicu oleh penggunaan media sosial.
Meskipun FOMO biasanya dikaitkan dengan unggahan dan meme media sosial, gangguan psikis ini memiliki konsekuensi yang serius. Para ahli psikologi telah meneliti masalah ini dalam puluhan studi, terutama yang berkaitan dengan media sosial. Kondisi FOMO ini dianggap sebagai penyebab: Stress, Kecemburuan, Depresi, Tidak percaya diri/Tidak nyaman (Insecurity) dan Perilaku online yang ceroboh (tidak berpikir dahulu).
FOMO juga dapat menyebar dari dunia online ke dunia nyata dengan menghancurkan hubungan nyata. Menurut Psychology Today, orang yang mengalami FOMO cenderung mengalami suasana hati yang buruk, harga diri yang rusak, perasaan kesepian, dan rasa rendah diri yang kompleks terhadap orang yang mereka anggap "sukses".
Seseorang yang mengalami FOMO yang mendalam (deeply) dapat melihat antara 70 dan 80 orang per hari dalam aktivitasnya di media sosial. FOMO, yang merupakan istilah untuk ketakutan kehilangan sesuatu, sangat membebani jiwa dalam situasi arus media sosial sekarang ini yang sangat tergantung kepada informasi digital. Untuk memenuhi gaya hidup FOMO seseorang membutuhkan stamina yang luar biasa. Seorang yang memiliki gaya hidup FOMO tidak bisa lepas dari HP dan dapat berjam-jam mengamati dan menanggapi berbagai media sosial dan situs-situs WEB tanpa terasa.
Kita sekarang hidup di era FOMO, kependekan dari "Fear of Missing Out." Ini telah menjadi salah satu karakteristik yang mendefinisikan era modern. Sebuah survei menunjukkan bahwa 56% orang khawatir ketinggalan acara, berita, dan pembaruan status penting jika mereka menghindari jejaring sosial (social networks). Mengingat bahwa hampir 2 miliar orang di seluruh dunia memiliki akun media sosial, ada setidaknya 1 miliar orang FOMO di seluruh dunia. Saat ini, Anda akan menemukan lebih dari 11 juta hasil googling jika Anda menggunakan Google untuk mencari frase FOMO! Itu sebenarnya ada di mana-mana!
Kamus Merriam-Webster mendefinsikan FOMO sebagai berikut: "Takut tidak diikutsertakan dalam sesuatu (seperti aktivitas menarik atau menyenangkan) yang dialami orang lain" .Dan Kamus Oxford mendefinsikan FOMO sebagai berikut: "Kecemasan bahwa suatu peristiwa menarik atau seru mungkin sedang terjadi di tempat lain, sering kali muncul karena postingan yang terlihat di media sosial".
Dari dua definisi kamus diatas, Patrick Mc Ginnis membuat definisi FOMO sendiri yang akan dipakai sampai sekarang yaitu :
- Kecemasan yang tidak diinginkan yang dipicu oleh persepsi, yang sering kali diperburuk melalui media sosial, bahwa orang lain memiliki pengalaman yang lebih memuaskan daripada Anda.
- Tekanan sosial yang timbul karena kesadaran bahwa Anda akan kehilangan atau dikucilkan dari setiap momen aktivitas group anda yang positif atau berkesan.
Kenapa Manusia terkena FOMO?
FOMO (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kondisi manusia sejak awal peradaban, tertanam dalam biologis kita, karena manusia purba memahami bahwa kehilangan makanan, tempat tinggal, atau pasangan bisa membahayakan kelangsungan spesies. Meskipun FOMO adalah bagian dari sifat manusia, teknologi telah memperkuatnya. Teknologi internet dan peralatan pendukung (Handphone, tablet, laptop dsb) yang sangat cepat berkembang, yang menyediakan fitur-fitur media sosial yang semakin banyak seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, LinkedIn, Slack, TikTok, Snapchat, Youtube, Snake Video dan lain sebagainya menyebabkan manusia sangat sibuk memantau semua aktivitas pertemanan yang terjadi di fitur - fitur tersebut dimana saja dan kapan saja tidak terbatas.