Anggrek Kantong Semar atau dalam bahasa latin Paphiopedilum glaucophyllum memiliki bentuk yang unik dengan labellum menyerupai kantong, berfungsi untuk menjebak serangga penyerbuk. Anggrek ini dapat ditemukan di Jawa dan Sumatera, umumnya tumbuh di daerah pegunungan.
Morfologi Anggrek kantong semar adalah tanaman berukuran sedang dengan daun oblong-elliptic hingga loriform, panjang 20-28,5 cm dan lebar 4,5-5,3 cm. Daunnya hijau dengan pola jelas saat muda, yang memudar seiring usia. Spesies P. glaycophyllum biasanya menghasilkan 4-6 daun per tanaman. Tangkai bunga sepanjang 15-20 cm, berwarna hijau dan berbulu halus, dengan bunga yang tumbuh berulang di tangkai yang sama.
6. Anggrek Vanda Tricolor
Anggrek Vanda tricolor adalah spesies anggrek memiliki habitat asli di Jawa dan Bali. Bunganya berwarna dasar putih dengan bintik-bintik merah atau ungu, serta aroma yang harum. Biasanya tumbuh di dataran tinggi dengan suhu yang lebih sejuk.
Anggrek Vanda tricolor memiliki pola tumbuh dengan batang utama yang terus tumbuh ke atas dan memunculkan bunga sebagai cabang samping di ketiak daunnya; anggrek ini tergolong jenis anggrek monopodial.
Anggrek Vanda tricolor, termasuk endemic di lereng Gunung Merapi Yogyakarta, memiliki bunga putih dengan totol ungu kemerahan dan hidup secara epifit di batang pohon. Namun, erupsi, kebakaran hutan, serta eksploitasi untuk koleksi dan penjualan telah menghancurkan 80% habitatnya, mengancam kelangsungan spesies ini.
7. Anggrek Hartinah (Cymbidium hartinahianum)
Anggrek Hartinah atau nama latinnya Cymbidium hartinahianum habitat aslinya di Sumatera Utara, Indonesia. Rusdy E. Nasution, seorang peneliti dari Herbarium LBN/LIPI Bogor, menemukan bunga ini untuk pertama kalinya pada tahun 1976 di Desa Baniara Tele, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. Anggrek ini hanya dapat diperdagangkan jika dikembangbiakkan secara buatan karena dianggap sebagai "punah di alam liar". Kebun Raya Bogor juga memiliki bunga ini. Nama anggrek diambil dari istri presiden kedua Indonesia, Siti Hartinah Suharto, sebagai penghargaan atas kontribusinya dalam pembangunan flora Indonesia khususnya anggrek.
Anggrek Cymbidium hartinahianum hidup di darat. Bunga-bunga ini menyukai sinar matahari langsung dan biasanya tumbuh di sekitar lumut dan Nepenthes. Daunnya berbentuk pita dengan ujung yang tajam dan panjangnya antara 50 dan 60 cm. Bunganya kecil dan berbentuk bintang; bibirnya berwarna cokelat kemerahan dengan tepi kuning, dan kelopak dan sepal teratas berwarna kuning kehijauan.