Perang Bubat Sebagai Alat Politik Adu Domba Belanda
Menurut sebagian analisis sejarah perang Bubat yang menjadi latar belakang kebencian antara Sunda dan Jawa merupakan salah satu siasat sistem politik yang dilakukan oleh penjajah Belanda pada waktu itu yaitu politik adu domba atau Devide at Impera VOC. Yang bertujuan memecah belah Nusantara pada saat itu. Namun pendapat tersebut belum terbukti adanya dan baru bersifat perkiraan para analis sejarah.
Fakta sejarah mengenai perang Bubat ialah lokasi perang Bubat yaitu di lapangan Bubat, tempat inilah yang pada akhirnya menjadi nama peperangan antara kerajaan Majapahit dan kerajaan Sunda.
Terdapat perbadaan pendapat mengenai lapangan Bubat. Pendapat pertama yang berasal dari kakawin Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca mengatakan bahwa Bubat merupakan Padang rumput di sebelah Utara kediaman kerajaan yang biasanya digunakan untuk acara olahraga tahunan yang diselenggarakan kerajaan. Lapangan Bubat menjadi lokasi peperangan antara rombongan pengantin dari kerajaan Sunda dengan pasukan Bhayangkara Majapahit.
Menurut kidung Sunda Bubat merupakan pelabuhan sebuah sungai di ibu kota Majapahit. Dengan arti lain Bubat merupakan lokasi bertemunya para pedagang di Majapahit.
Salah satu naturalis dari Inggris, Nigel Bullogh dalam 'Napak Tilas Perjalanan Empu Prapanca' menyebut bahwa Bubat berada di sebelah selatan kali Brantas. Sementara sumber lain menyatakan bahwa Bubat terletak di Desa Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur
Salah satu penyebab perang Bubat ialah adanya perbedaan kepentingan antara Hayam Wuruk yg menjadi raja kerajaan Majapahit dengan kepentingan Gajah  Mada yang terobsesi dengan sumpah Palapanya ingin menaklukkan semua kerajaan di Nusantara.
Perang Bubat Dalam Pandangan Para Penulis FiksiÂ
Menurut pendapat para penulis fiksi sejarah Gajah Mada tidak menyetujui pernikahan antara Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka karena kepentingan asmara Gajah Mada. Para ahli fiksi mengtakan bahwa Gajah Mada tidak rela apabila Dyah Pitaloka sebagai kekasih Gajah Mada di persunting oleh Hayam Wuruk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H