Mohon tunggu...
Nur Ajizah
Nur Ajizah Mohon Tunggu... Lainnya - -

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Film "Dua Garis Biru"

11 Maret 2021   09:30 Diperbarui: 11 Maret 2021   09:37 2167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hamil diluar nikah menjadi masalah sosial yang kini 'sering' dijumpai di kalangan masyarakat. Padahal agama dan norma sudah melarang hal tersebut. Bahkan agama mengkategorikan itu sebagai salah satu dosa besar. Pasalnya akibat dari perbuatan itu bukan hanya berimbas bagi sepasang yang melakukanya hal itu, tapi juga kedua belah pihak keluarga. Tercorengnya nama baik, masa depan suram, nyinyiran tetangga, rasa bersalah dalam diri sendiri, stress dan lainnya harus ditanggung kedua pihak keluarga.

Seperti halnya dalam film Dua Garis Biru yang tayang pada 11 Juli 2019 disutradarai oleh Gimana S. Nover yang menceritakan tentang sepasang remaja yang berpacaran hingga kebablasan atau hamil diluar nikah yang diperankan oleh Zara Adisty (Dara) dan Angga Yunanda (Bima). Ditambah kehadiran artis senior seperti Cut Mini dan Arswendi Bening Swara sebagai orang tua Bima serta Lulu Tobing dan Dwi Sasongko sebagai orang tua Dara.

Film ini berawal dari dua remaja bernama Bima dan Dara yang masih duduk di bangku SMA. Mereka berpacaran. Dara cukup pintar dikelas, ia juga mempunyai banyak teman. Sedangkan Bima adalah murid yang kurang pintar dikelas, ia sering mendapatkan nilai dibawah rata rata.
Suatu hari Bima bermain kerumah Dara. Dirumah Dara tidak ada siapa siapa, hingga akhirnya mereka melakukan hubungan intim. Setelah melakukan hal itu, Dara memeriksa apakah dia hamil atau tidak melalui testpack. Hasilnya Dara positif hamil. Rasa bersalah dan gelisah memenuhi pikiran dan hati mereka. Dara mulai menghindar dari Bima, dia tidak mau bertemu ataupun berbicara dengan Bima.
Beberapa hari kemudian keduanya baikan dan mulai memikirkan tentang apa yang harus mereka lakukan kedepannya. Orang tua Dara dan Bima masih belum tau tentang kabar ini, mereka menyembunyikannya.


Waktu terus berjalan, perut Dara sedikit demi sedikit membesar. Rok sekolahnya sudah tidak cukup lagi, akhirnya Bima memberikan rok sekolah yang agak besar untuk Dara agar perutnya tidak terlalu keliatan. Selama di sekolah Dara berusaha menutupi perutnya. Mereka juga sempat berencana untuk aborsi, tapi Dara berubah pikiran.


Hari itu jadwal pelajaran olahraga, murid dikelas Dara semuanya ke lapangan. Siswa laki laki bermain di lapangan, siswa perempuan menunggu ditepi lapangan. Sebuah bola tidak sengaja keluar dari lapangan, mengenai Dara tepat diperutnya. Hingga Dara kesakitan dan dia keceplosan menyebutkan dirinya punya bayi dalam perutnya. Semua orang panik mendengar pernyataan itu.


Kemudian Dara dibawa ke UKS dan orang tua mereka dipanggil ke sekolah. Terjadi perdebatan antara orang tua Dara dan Bima juga pihak sekolah. Pasalnya pihak sekolah membuat keputusan untuk mengeluarkan Dara dan tetap mempertahankan Bima untuk melanjutkan sekolah. Orang tua Dara tidak terima akan hal itu, mereka berniat melaporkan pihak sekolah dan Bima atas semua ini. Orang tua Bima dan Zara pun saling menyalahkan atas perbuatan anaknya. Bima dan Dara pun dibawa pulang oleh kedua orang tua masing masing. Pertengkaran terjadi.
Orang tua Bima memutuskan untuk menikahkan Bima dan Dara. Beberapa hari setelah itu mereka menikah yang hanya dihadiri oleh keluarga dari kedua belah pihak. Bima mulai bekerja ditempat ayah Dara. Dia mulai belajar mencari nafkah.


Saat Dara dan Bima dikamar, Bima fokus main game padahal Dara sedang hamil, dia sensitif terhadap perilaku Bima. Pertengkaran kecilpun terjadi dan memutuskan untuk sementara pisah rumah.


Hari berganti hari, kandungan Dara terus berkembang, perutnya semakin membesar. Hari melahirkanpun datang, Dara dibawa ke rumah sakit. Bima, orang tua Bima dan orang tua Dara menunggu diruang tunggu dengan cemas. Sampai akhirnya dokter keluar dari ruangan dan memberi tahu kalau Dara harus melakukan angkat rahim karena ada masalah di rahimnya. Kesedihan menyelimuti semuanya, terpaksa mereka harus menyetujui tindakan dokter untuk angkat rahim. Akhirnya bayi nya lahir dan operasi angkat rahim pun selesai.


Diakhir cerita Dara berniat menggapai mimpinya untuk pergi ke Korea, anaknya diasuh oleh Bima dan keluarga.
Film ini memang memicu kontroversi dan menuai banyak kritikan yang mengatakan bahwa film ini tidak pantas ditonton, dimana dalam film ini bertema tentang sex education yang dianggap tabu oleh masyarakat. Meskipun begitu banyak orang yang mengapresiasi film ini, terlihat dari jumlah penonton yang mencapai lebih dari 1 juta orang penonton selama seminggu setelah penayangan perdana film ini.


Dalam film ini mengandung banyak amanat. Amanat yang disampaikan diantaranya menjaga pergaulan, perbaiki komunikasi dengan orang tua, memberikan pemahaman kepada anak tentang sex education agar anak menjauhi hal tersebut, bila terjadi 'kecelakaan' itu jangan melakukan aborsi dan lainnya.
Film ini kaya akan makna tersirat seperti strawberry yang bermakna ukuran janin yang dikandung Dara, kerang yang menggambarkan kesucian wanita. Perjalanan menuju rumah Bima yang menunjukkan ada orang yang meninggal, perdebatan, lorong yang gelap yang melambangkan masalah rumah tangga yang akan mereka hadapi. Poster tentang proses reproduksi di UKS yang menunjukkan tentang kurangnya sex education serta tulisan semangat yang ada dikamar Dara menunjukkan untuk terus melanjutkan hidup.


Selain banyaknya makna yang tersirat dan amanat yang yang mendalam dalam film ini, terdapat kelebihan lainnya, seperti sinematografinya yang tepat, scoring dan musik yang ada di film pun menyatu dan mendukung, pemilihan aktor yang tepat karena umurnya yang sesuai dengan film, make over yang diterapkan pada Bima sangat cocok dengan keadaannya yang dibuat seperti orang miskin. Namun dari berbagai kelebihan film ini ada beberapa kekurangan seperti saat pertengkaran antara Bima dan kakaknya. Kakaknya menyebutkan kata "kondom" , seharusnya kata itu diucapkan dan diganti dengan kata yang lain, yang lebih sopan diucapkan. Adegan pertengkaran antara Bima dan Dara pun sedikit kurang, Bima kurang menjiwai perannya, dia kurang emosional dalam adegan tersebut. Dan adegan saat perut Dara terkena bola, akting Dara berlebihan dan kata yang diucapkan pun kurang cocok, malah terlihat lebay.


Film ini cukup bagus untuk di tonton, menyampaikan berbagai amanat dan keadaan sosial masyarakat saat ini yang terlihat pada kesenjangan sosial dan ekonomi antara orang kaya dan orang miskin, 'kecelakaan' yang marak terjadi pada remaja dan keadaan keluarga yang kurang memperhatikan anak anaknya.


Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun