Mohon tunggu...
Nur Ainina Asfar
Nur Ainina Asfar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

Saya Merupakan Mahasiswa Semester 3 di Universitas Hasanuddin. Hewan yang berbulu dan lucu adalah kesukaan saya, selain itu saya juga hobi membaca cerita fiksi, mengedit video, serta kpop-an, tidak ada hari tanpa buka twitter.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Anemia: Menjembatani Kesenjangan antar Kesadaran dan Tindakan

24 September 2024   10:59 Diperbarui: 24 September 2024   11:03 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

     Anemia adalah suatu kondisi  di mana tubuh memiliki lebih sedikit sel darah merah atau hemoglobin  dari biasanya, sehingga mengurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Anemia merupakan masalah kesehatan global, namun kesadaran masyarakat terhadap hal ini seringkali masih  kurang. Banyak orang tidak menyadari gejala, penyebab, serta tindakan pencegahan dan pengobatan yang tersedia.

     Penyebab anemia sangat bervariasi tergantung  jenis anemianya. Anemia defisiensi besi disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi dari makanan dan merupakan bentuk anemia yang paling umum, terutama di negara-negara dengan status gizi buruk (Sullman et al., 2021). Zat besi dibutuhkan  tubuh untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen. Kekurangan zat besi bisa terjadi karena rendahnya asupan makanan  kaya  zat besi seperti daging merah, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk  zat besi, vitamin B12, kekurangan asam folat, atau penyakit kronis. Anemia mempengaruhi sekitar 40% anak-anak dan 30% wanita usia subur di seluruh dunia, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Hematology & Oncology pada tahun 2021 (Safitri, S., et al., 2021). Kekurangan zat besi merupakan penyebab utama anemia, dan prevalensinya masih tinggi di banyak negara, termasuk Indonesia. Dampak anemia sangat penting bagi kesehatan dan kualitas hidup. Pada anak-anak, anemia dapat menghambat perkembangan fisik dan kognitif, sedangkan pada orang dewasa dapat menyebabkan kelelahan, penurunan produktivitas, dan komplikasi kesehatan lainnya. Artikel tahun 2023 di The Lancet menyatakan bahwa anemia merupakan penyebab utama ketiga  hidup dengan disabilitas (YLD) di seluruh dunia, dengan beban tertinggi di Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan (Gardner, W. M., et. al., 2023).

      Bagi ibu hamil, anemia meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Anemia selama kehamilan dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan peningkatan risiko kematian ibu dan janin. Selain itu, anemia juga meningkatkan kemungkinan terjadinya pendarahan postpartum, yang merupakan  penyebab utama kematian ibu di negara-negara berkembang. Menurut Kementerian Kesehatan RI, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 48,9% sehingga menimbulkan risiko tinggi bagi kesehatan ibu dan bayi. Pada orang dewasa, anemia biasanya menimbulkan gejala  seperti kelelahan kronis, lemas, pusing, dan sulit berkonsentrasi, yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas. Menurut  artikel tahun 2016 di PLOS ONE, anemia secara signifikan menurunkan kualitas hidup  bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat (Kanuri, G., et al., 2016). Berkurangnya produktivitas kerja  akibat anemia memberikan beban ekonomi tambahan pada individu dan masyarakat terkait kesenjangan antara kesadaran dan tindakan. Dampak serius anemia terhadap kesehatan individu telah diketahui secara luas, namun gejala dan pencegahannya masih relatif rendah. Banyak orang yang tidak mengenali gejala anemia atau cenderung mengabaikannya hanya karena kelelahan. Kurangnya pengetahuan tentang  makanan kaya zat besi dan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara teratur juga memperburuk keadaan. Misalnya, di beberapa daerah di Indonesia, kepercayaan tradisional yang salah mengenai nutrisi selama kehamilan seringkali mengakibatkan rendahnya asupan zat besi dan nutrisi penting lainnya.

     Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam  Journal of Nutrition pada tahun 2021 menemukan bahwa penurunan asupan zat besi pada populasi AS dikaitkan dengan peningkatan kekurangan zat besi dan  kematian terkait anemia (Sun, H., & Weaver, C. M., 2021). Studi ini menunjukkan bahwa bahkan di negara-negara dengan sistem kesehatan yang maju, masih terdapat kesenjangan besar antara pengetahuan dan tindakan pencegahan. Situasinya bahkan lebih buruk lagi terjadi di negara-negara berkembang, dimana akses terhadap layanan kesehatan dasar seperti tes darah rutin masih terbatas. Faktor ekonomi juga berperan penting dalam kesenjangan ini. Masyarakat berpenghasilan rendah  lebih mungkin mengalami anemia karena akses mereka terhadap makanan bergizi dan suplemen zat besi sangat terbatas. Selain itu, kurangnya pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan di daerah pedesaan memperburuk prevalensi anemia di kalangan masyarakat miskin.

     Meskipun dampak anemia sangat serius, namun kesadaran masyarakat terhadap anemia masih kurang. Banyak orang yang tidak menyadari gejala anemia, seperti kelelahan, pusing, kulit pucat, dan sesak napas. Selain itu, pengetahuan mengenai penyebab dan pencegahan anemia masih terbatas, termasuk pentingnya mengonsumsi makanan kaya zat besi. Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan di PLOS ONE menemukan bahwa prevalensi anemia di Amerika Serikat meningkat dari 4,0% menjadi 7,1% antara tahun 2003--2004 dan 2011--2012, dan secara signifikan pada kelompok umur tertentu (Le C.H., 2016). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat informasi mengenai anemia, namun masih terdapat kesenjangan dalam penerapan upaya pencegahan dan pengobatan.

     Menjembatani kesenjangan antara kesadaran dan tindakan terkait anemia memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai sektor. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan.

  • Meningkatkan Pendidikan Kesehatan

Pentingnya pendidikan kesehatan tidak dapat diabaikan. Program pendidikan anemia yang intensif harus menyasar kelompok rentan seperti ibu hamil, remaja perempuan, dan anak-anak. Informasi mengenai gejala, penyebab, dan pencegahan anemia sebaiknya disebarluaskan melalui berbagai saluran komunikasi seperti media massa, media sosial, dan program kesehatan sekolah. Program ini memerlukan dukungan pemerintah, organisasi kesehatan non-pemerintah dan petugas kesehatan setempat. Mengiklankan kampanye makanan kaya zat besi, vitamin B12, dan asam folat, serta mempromosikan pentingnya suplemen zat besi untuk kelompok tertentu, dapat menjadi langkah awal yang penting.

  • Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan terjangkau merupakan salah satu kunci dalam mengatasi anemia. Pemerintah perlu memperkuat sistem layanan kesehatan primer di daerah pedesaan dan terpencil dengan menyediakan fasilitas tes darah dan suplemen zat besi secara teratur. Program kesehatan yang sudah ada, seperti Posyandu di Indonesia, dapat dimanfaatkan dengan lebih baik untuk memantau status kesehatan ibu hamil dan anak.

  • Suplementasi Zat Besi dan Fortifikasi Pangan

Salah satu solusi yang terbukti efektif dalam menurunkan prevalensi anemia adalah program suplementasi zat besi. Pemerintah dapat memperluas program suplementasi zat besi  gratis atau bersubsidi kepada kelompok rentan. Selain itu, makanan harus diperkaya dengan zat besi dan vitamin penting lainnya. Misalnya, beras dan tepung yang diperkaya zat besi dapat menjadi bagian dari program nasional untuk memerangi anemia di masyarakat luas.

  • Monitoring dan Evaluasi

Program kesehatan yang sudah ada perlu dimonitor secara berkala untuk menilai efektivitasnya. Data dari pemantauan ini dapat digunakan untuk menyesuaikan kebijakan dan intervensi yang ada agar lebih tepat sasaran. Pemerintah harus berkolaborasi dengan lembaga penelitian dan organisasi internasional untuk mengumpulkan dan menganalisis data mengenai prevalensi anemia di Indonesia dan dampak  intervensi yang diterapkan.

     Anemia merupakan masalah kesehatan serius yang mempunyai dampak signifikan terhadap kualitas hidup individu dan produktivitas masyarakat. Meskipun kesadaran masyarakat terhadap anemia  meningkat, masih terdapat kesenjangan yang signifikan antara pengetahuan dan  pencegahan serta pengobatan yang diperlukan. Untuk menutup kesenjangan ini diperlukan strategi komprehensif yang mencakup pendidikan kesehatan, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, serta program gizi dan fortifikasi. Melalui kolaborasi antara pemerintah, petugas kesehatan, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat, diharapkan kita dapat menurunkan prevalensi anemia dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun