Beberapa peserta mengungkapkan rasa antusiasme mereka terhadap materi yang disampaikan. "Saya merasa lebih siap untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi siswa. Terkadang saya juga lupa untuk memperhatikan kondisi psikologis mereka, padahal itu sangat penting untuk membantu mereka belajar dengan optimal." Para peserta juga diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman mereka tentang tantangan yang mereka hadapi dalam mendukung siswa secara emosional, serta bagaimana cara mereka mengatasi masalah tersebut.
"Sebagai guru, saya sering menghadapi siswa yang tampak menarik diri. Setelah mendengar materi ini, saya sadar mungkin mereka butuh ruang aman untuk berbicara. Ini bukan hanya tentang belajar, tetapi juga bagaimana kami bisa menjadi tempat mereka merasa didukung," ujar Pak Aris, salah satu peserta. Menurutnya, keamanan psikologis bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga merupakan tanggung jawab kolektif antara guru, siswa, dan pihak sekolah.
Harapan untuk Masyarakat yang Lebih Sehat Mental
Melalui kegiatan psikoedukasi ini, diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat, khususnya pendidik, agar lebih peduli terhadap kesehatan mental. Tidak hanya bagi siswa, tetapi juga untuk diri mereka sendiri.Â
Kegiatan seperti ini menjadi penting untuk memerangi stigma negatif terhadap kesehatan mental dan mempromosikan penerimaan terhadap keberagaman emosional dalam pendidikan.Â
Kedepannya, kegiatan semacam ini diharapkan dapat diadakan secara rutin untuk memberikan dampak yang lebih besar dalam masyarakat. Dengan semakin terbukanya wawasan tentang pentingnya kesehatan mental, diharapkan dapat tercipta lingkungan pendidikan yang lebih harmonis, di mana siswa merasa aman, didukung, dan termotivasi untuk mencapai kesuksesan akademik dan pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H