Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk tanggung jawab sosial yang diwajibkan bagi lembaga, termasuk rumah sakit, untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat di sekitar tempat mereka beroperasi. Kewajiban ini diatur dalam beberapa peraturan di Indonesia, termasuk Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 yang menekankan bahwa rumah sakit wajib memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat, terutama dalam bentuk pelayanan sosial dan promosi kesehatan. Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2017 juga menyatakan bahwa rumah sakit yang terakreditasi wajib melakukan kegiatan CSR, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, mendorong pencegahan penyakit, dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat sekitar.
Sebagai bentuk implementasi dari kewajiban ini, Rumah Sakit Dr. Etty Asharto Kota Batu mengadakan kegiatan CSR pada 30 Oktober 2024, pukul 09.00-11.00, di Pasar Cilik Sanggrahan yang dihadiri oleh kurang lebih 30 masyarakat sekitar. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa dan raga. Kesehatan mental, menurut World Health Organization (WHO), adalah kondisi sejahtera yang meliputi aspek fisik, mental, dan sosial atau sering disebut sebagai biopsikososial, di mana individu dapat berfungsi secara normal dalam aspek penilaian kesejahteraan psikologis, efikasi diri, otonomi, kemampuan mengatasi stres, produktivitas, aktualisasi diri, serta mampu memberi manfaat bagi orang lain.Â
Selain pemeriksaan kesehatan fisik seperti cek tekanan darah dan gula darah, mahasiswa magang dari Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang, Nur Ainina Susanti, juga membagikan brosur dan edukasi kesehatan mental berjudul "6 Cara Mengatasi Stres." Brosur ini berisi informasi tentang gejala, penyebab, serta cara efektif dalam mengelola stres sehari-hari. Di tengah kesibukan yang semakin padat, stres menjadi bagian tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari. Menurut data Riskesdas, sekitar 9,8% penduduk Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental emosional, seperti depresi dan kecemasan, yang meningkat dari 6% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2018). Kondisi ini menunjukkan perlunya kemampuan manajemen stres yang baik, karena tanpa pengelolaan yang tepat, stres dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik, mental, dan emosional.Â
Pada hari pelaksanaan, masyarakat setempat, khususnya para pedagang pasar, menyambut antusias kesempatan ini. Bagi mereka yang sibuk bekerja di pasar, akses ke layanan kesehatan rutin seringkali terbatas, sehingga kesempatan pemeriksaan gratis ini sangat berarti. Para penerima brosur juga terlihat antusias untuk membaca dan mendiskusikan tips-tips yang disajikan. Beberapa bahkan membagikan pengalaman pribadi mereka terkait dampak stres dalam kehidupan sehari-hari, menandakan adanya kebutuhan besar akan edukasi kesehatan mental di komunitas pasar ini.
Pak Arif, seorang pedagang sayur, mengungkapkan bahwa ia sering merasa tertekan karena pendapatannya yang tidak menentu. Setelah membaca brosur, ia menyadari pentingnya berolahraga meskipun sederhana, seperti berjalan di sekitar pasar, untuk membantu meredakan stres. "Ternyata, hal-hal kecil seperti ini bisa berdampak besar pada kesehatan," katanya.
Di sisi lain, Eka, seorang ibu muda, mengatakan bahwa ia sering kesulitan tidur karena kekhawatiran akan masa depan. Informasi tentang teknik relaksasi pernapasan dalam brosur membuatnya termotivasi untuk mencoba langkah ini setiap kali merasa cemas. "Saya akan mencoba teknik ini sebelum tidur, mungkin bisa membuat tidur saya lebih nyenyak," ujarnya.
Banyak masyarakat merasa terinspirasi untuk lebih memperhatikan kesehatan fisik dan mental keluarganya setelah mengikuti kegiatan ini. Menurut mereka, edukasi semacam ini sangat bermanfaat di tengah tekanan hidup yang semakin meningkat, terutama dalam memberikan pemahaman baru tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental. Di tengah kesibukan dan tantangan ekonomi, sering kali kesehatan mental menjadi hal yang terabaikan, meskipun dampaknya dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Namun, meskipun kegiatan ini mendapat sambutan positif dari sebagian besar masyarakat, masih ada pandangan yang menganggap stres sebagai sesuatu yang "wajar" dan tidak memerlukan penanganan khusus. Bagi banyak orang, stres dianggap bagian dari kehidupan yang harus diterima apa adanya, sehingga mereka enggan atau tidak menyadari pentingnya mencari cara untuk mengelolanya. Pola pikir ini menjadi tantangan besar dalam program-program seperti ini, karena memerlukan perubahan sudut pandang masyarakat agar melihat bahwa kesehatan mental tidak kalah pentingnya dibandingkan kesehatan fisik.
Kegiatan ini berhasil menunjukkan bahwa edukasi sederhana mengenai pengelolaan stres, seperti teknik pernapasan atau aktivitas fisik ringan, dapat membawa dampak positif yang besar dalam hidup seseorang. Langkah-langkah kecil yang diterapkan secara konsisten mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Harapannya, kegiatan serupa dapat terus diadakan secara berkelanjutan untuk menanamkan kesadaran tentang kesehatan mental, sehingga masyarakat terdorong untuk hidup lebih sehat dan menyeluruh, serta lebih siap menghadapi tantangan kehidupan dengan kondisi mental yang lebih baik. Dengan demikian, program-program  semacam ini menjadi langkah awal penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H