Mohon tunggu...
Nuraini Mastura
Nuraini Mastura Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Suka baca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Era Keuangan Digital: Beradaptasi atau Tergilas

14 September 2024   09:43 Diperbarui: 14 September 2024   19:17 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila dulu rentenir, lintah darat atau tengkulak sukses mendapat cap negatif, kini berbungkus teknologi, pinjaman berbunga ini justru mendapat wajah yang berbeda di masyarakat. Ya, pinjol (pinjaman onlen) justru makin marak. Dari yang mengaku berbasis OJK sampai yang jelas-jelas ilegal. 

Layanan iklan pinjol begitu masif membombardir calon konsumen lewat kiriman pesan singkat sms, e-mail, telepon hingga di platform tontonan semacam youtube. Bahkan, nyaris seluruh aplikasi belanja besar menghidupkan fitur Paylater untuk proses pembayaran alternatif. Dengan iming-iming voucher tambahan.

Bila di era 80-an, iklan layanan masyarakat di TVRI kerap kali menyiarkan pesan agar masyarakat berbelanja sesuai kemampuan, beda sekali atmosfer pesan iklan yang diterima masyarakat saat ini. "Segera check out timbunan keranjang belanja Anda. Sampai kapan wishlist itu akan dipelototi? Uang bukan masalah. Check-out segera dengan paylater."

Terlepas dari pemerintah yang semestinya turun tangan, kita boleh mengajukan pertanyaan mindful di level individu. Orang-orang impulsif dan konsumtif rentan menjadi korban. Tetapi sampai kapan kita ingin menjadi korban yang sebegitu tak berdaya?

Menjadi Pengguna Cerdas atau Korban dari Teknologi?

Perlu disadari, bahwa produk-produk keuangan digital ini tak lain hanya buah dari teknologi yang bebas nilai. Dampak negatif atau positifnya itu semata bergantung pada perilaku manusia selaku pengguna teknologi. Ambil kendali. Tetapkan pilihan. Akankah kita hendak menjadi pengguna cerdas atau korban yang tergilas oleh pesatnya teknologi digital?

Di luar dari efek buruknya, kemajuan teknologi telah melahirkan banyak hal bermanfaat bagi kebutuhan finansial kita. Selain layanan yang praktis dan mudah --- kita tak lagi perlu mengandalkan ATM untuk mengambil segepok uang, misalnya --- inovasi di bidang finansial telah menghadirkan berbagai layanan digital yang memungkinkan kita untuk belajar mengelola keuangan kita sendiri.

Kita kini disuguhi banyak pilihan aplikasi finansial gratis bagi pengguna IOS ataupun android.

Ada aplikasi pencatat keuangan (budgeting) yang memudahkan kita untuk mencatat pengeluaran dan pemasukan sehari-hari. Ada layanan bank digital yang memungkinkan kita untuk menyediakan kantong-kantong belanja terpisah. Pos belanja barang konsumtif bisa dibatasi dan tidak mengganggu pos biaya sekolah anak, misalkan. Dengan begitu, kita bisa membangun kebiasaan berbelanja yang lebih sehat dan menghindari spending yang impulsif.

Bila dulu belajar reksadana dan portofolio saham rasanya sungguh njlimet, kini dengan bantuan algoritma komputer, berinvestasi jadi perkara mudah bagi orang awam sekalipun. Passive income sudah menjadi penghasilan alternatif yang lazim. Mencapai kebebasan finansial jadi impian yang sering kali dibincangkan oleh generasi dewasa muda saat ini.

Belakangan, pengembangan Artificial Intelligence mulai diadopsi ke dalam teknologi baru perbankan. Zaman terus bergulir dan kita bisa mengharapkan inovasi-inovasi baru akan terus bermunculan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun