Pada masa silam, standar kecantikan ditentukan oleh segelintir orang yang tinggal bersebelahan dengan rumahmu. Tetapi sekarang, industri media menciptakan standar kecantikan yang tidak realistis dengan menyeleksi manusia-manusia paling tampan di planet bumi dan memajang mereka terus-terusan di depan mata kita saban hari. Tak peduli jika kecantikan dan ketampanan mereka pun telah dipoles habis-habisan oleh industri kecantikan (pernah lihat foto-foto bintang K-pop atau artis Hollywood fase sebelum dan sesudah ketenaran mereka?).
Kenali diri. Â Cari tujuan hidup kita. Banyak bersyukur dari hal-hal kecil dan momen-momen sederhana.
Itulah kunci-kunci kebahagiaan.
Kebahagiaan dari Makna Hidup
Filsuf dan agamawan memasukkan kunci lain bagi kebahagiaan, yaitu faktor spiritual. Tujuan hidup. Inilah aspek yang memberi makna dalam hidup. Â Â
Bisa jadi pengusaha di masyarakat modern justru mengalami keterasingan dan kehampaan meski kesuksesan mereka. Dan bisa jadi nenek moyang kita yang lebih berkekurangan menemukan kepuasan dan ketenangan di dalam komunitas, kepercayaan dan hubungan selaras mereka dengan alam.
Temuan pakar justru menunjukkan bahwa keberadaan keluarga dan komunitas yang akrab memiliki dampak yang lebih besar terhadap kebahagiaan kita ketimbang harta dan kesehatan. Orang-orang yang memiliki ikatan keluarga kuat dan hidup di dalam komunitas yang suportif tampak jauh lebih bahagia daripada orang-orang yang berasal dari keluarga berantakan dan tidak menjadi bagian dari sebuah komunitas.
Kebahagiaan itu bukanlah surplus momen-momen senang melebihi momen-momen derita. Bukan begitu cara menakarnya. Alih-alih, kebahagiaan itu meliputi memandang kehidupan secara menyeluruh, meliputi seluruh momen---manis atau pahitnya. Kehidupan seorang ibu yang melahirkan dan membesarkan anak, mungkin kalau dikuliti bakal didapati lebih banyak kesulitan (baik secara materil maupun mental) daripada kesenangannya. Tetapi secara keseluruhan, ia justru merasakan kebahagiaan sejati.
Sumber: buku Sapiens (Yuval Noah Harari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H