Mohon tunggu...
Nuraini
Nuraini Mohon Tunggu... Jurnalis - Menempuh Pendidikan Tinggi di Universitas Pamulang

hallo, saya ainii

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengasah Pemikiran Kreatif: Strategi, Penerapan, dan Relevansi dalam Kehidupan Modern Bersama Astri Octaviani, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unpam

15 Januari 2025   11:58 Diperbarui: 15 Januari 2025   11:58 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NURAINI.ID. TANGGERANG. Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang, Astri Octaviani, S.I.Kom., M.I.Kom., memiliki pandangan mendalam tentang pentingnya pemikiran kreatif di era modern. Dalam pembelajaran satu semester, beliau mengajarkan bahwa pemikiran kreatif tidak hanya menjadi dasar untuk menciptakan ide-ide baru, tetapi juga alat untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih adaptif. "Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir melampaui batasan konvensional dan menghasilkan solusi yang inovatif," ujar Bu Astri dalam salah satu sesi kuliah.

Sebagai pendidik yang berpengalaman, Bu Astri mengaitkan konsep pemikiran kreatif dengan tantangan kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan profesional maupun personal. Ia menekankan bahwa kreativitas adalah keterampilan yang dapat diasah melalui proses belajar, eksperimen, dan keberanian untuk mencoba hal baru. Dalam pandangannya, kreativitas bukan hanya milik seniman atau inovator, tetapi kebutuhan bagi siapa saja yang ingin bertahan dan berkembang di dunia yang terus berubah.


Dalam pembelajaran satu semester, Bu Astri menjelaskan bahwa pemikiran kreatif, atau creative thinking, adalah kemampuan yang menjadi kunci keberhasilan individu di era modern. "Pemikiran kreatif mencakup kemampuan untuk menghasilkan solusi inovatif, menciptakan ide-ide unik, dan menghadapi masalah dengan cara baru," tutur Bu Astri.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Raditya Dika dalam salah satu videonya, kemampuan mengelola ekspektasi dan menemukan peluang di tengah kekecewaan adalah wujud dari pola pikir kreatif. Dengan memiliki growth mindset, seseorang dapat memandang tantangan sebagai peluang untuk berkembang.


Bu Astri juga menguraikan sejarah perkembangan pemikiran manusia yang dibagi menjadi tiga tahap menurut Auguste Comte: teologi, metafisika, dan positivisme. Dalam pembelajaran satu semester, Bu Astri menjelaskan bahwa tahap positivisme menandai penggunaan metode ilmiah yang membawa manusia pada inovasi dan teknologi modern.

"Misalnya," ujar Bu Astri, "sifat ingin tahu manusia telah mendorong perkembangan teknologi, dari menciptakan alat-alat sederhana hingga solusi kompleks seperti kecerdasan buatan." Hal ini selaras dengan tema yang diangkat oleh Nikita Willy dalam podcastnya tentang parenting, yang menunjukkan bagaimana pemikiran kreatif juga diterapkan untuk membentuk pola pikir positif pada anak melalui pendekatan gentle parenting.

Setiap tahap menunjukkan evolusi cara manusia memahami dunia, dari yang berbasis mitos hingga penggunaan metode ilmiah.

Pada tahap positivisme, manusia mulai menggunakan pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan inovasi besar, seperti pesawat terbang yang terinspirasi dari burung. Nikita Willy dalam podcastnya tentang gentle parenting menunjukkan bahwa pola pikir kreatif juga bisa diterapkan dalam mendidik anak, mendukung mereka untuk menjadi individu yang adaptif dan inovatif.


Selama pembelajaran, Bu Astri juga menerangkan bahwa pemikiran kreatif adalah jembatan untuk mengubah potensi diri menjadi karya nyata. "Setiap individu memiliki potensi luar biasa," tutur Bu Astri, mengutip dari The Power of Your Subconscious Mind karya Joseph Murphy. Langkah-langkah penting seperti mengenali kekuatan diri, menetapkan tujuan, dan melatih konsistensi menjadi kunci dalam mengembangkan kreativitas.

Sebagai contoh, Nikita Willy dalam podcastnya membahas pentingnya pendekatan empati dalam pengasuhan anak. Bu Astri menambahkan bahwa metode ini tidak hanya mendorong kreativitas anak tetapi juga membantu mereka mengelola emosi dengan lebih baik.


Dalam kelas, Bu Astri memberikan panduan untuk melatih kreativitas melalui berbagai teknik, seperti:

  1. Rekonseptualisasi Masalah: "Cobalah melihat masalah dari perspektif berbeda untuk menemukan solusi inovatif," jelasnya.
  2. Brainstorming: Teknik ini melibatkan eksplorasi ide secara kolektif dalam kelompok.
  3. Pantulkan Ide dengan Orang Lain: Berdiskusi dengan orang lain membantu mendapatkan perspektif baru.
  4. Berani Mengajukan Ide: "Jangan takut untuk mencoba. Kreativitas lahir dari keberanian menghadapi ketidakpastian," tambah Bu Astri.

Raditya Dika juga membahas pentingnya berbagi ide dan mendiskusikannya untuk mengelola ekspektasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kreativitas seseorang.


Bu Astri menjelaskan bahwa kemampuan memahami dan mengelola pikiran merupakan keterampilan penting yang mendukung proses berpikir kreatif. "Pikiran adalah fondasi dari tindakan. Jika dikelola dengan baik, pikiran dapat menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi tantangan," ujarnya.

Menurut teori Aaron Beck, ada beberapa perangkap pikiran yang sering kali menghambat kreativitas dan pengambilan keputusan, di antaranya:

  1. Melompat ke Kesimpulan: Mengambil keputusan tanpa data yang cukup.
  2. Tunnel Vision: Fokus hanya pada satu aspek masalah tanpa mempertimbangkan pandangan lain.
  3. Overgeneralisasi: Menganggap satu pengalaman berlaku untuk semua situasi.
  4. Membaca Pikiran: Mengasumsikan apa yang dipikirkan orang lain tanpa bukti.

Untuk menghindari perangkap ini, Bu Astri menganjurkan langkah-langkah berikut:

  1. Tuliskan Pikiran: Dokumentasikan ide atau kekhawatiran untuk memahami pola pikir Anda.
  2. Tanyakan Fakta: Validasi asumsi dengan data atau bukti nyata.
  3. Lihat Sudut Pandang Lain: Cobalah memahami masalah dari perspektif yang berbeda.
  4. Kelola Emosi: Bu Astri menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pikiran dan emosi dalam proses pengambilan keputusan.

Sebagaimana dibahas oleh Raditya Dika, kemampuan mengelola pikiran ini juga relevan dalam menghadapi kekecewaan. Dengan cara ini, seseorang dapat menjaga ketenangan dan menemukan solusi kreatif.

Kesimpulan: Kreativitas sebagai Kunci Keberhasilan
Pada akhir pembelajaran, Bu Astri menyimpulkan bahwa kreativitas adalah keterampilan yang terus berkembang melalui pengalaman dan latihan. "Pemikiran kreatif memungkinkan kita untuk mengatasi hambatan, menciptakan solusi inovatif, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat," jelasnya.

Dengan mengelola pikiran secara efektif, seseorang dapat meningkatkan kreativitas dan menghadapi tantangan hidup dengan pola pikir yang positif. Contoh dari Raditya Dika dan Nikita Willy menunjukkan bahwa kreativitas memiliki aplikasi luas dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari pengelolaan emosi hingga pengasuhan anak.

Bu Astri menegaskan, "Saatnya kita mengasah kreativitas tanpa batas, menggali potensi terbaik dalam diri, dan menciptakan perubahan positif bagi dunia."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun