Mohon tunggu...
Nur Aini
Nur Aini Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya memiliki hobi menulis terutama seputar pendidikan, keagamaan dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ramadan dan Etos Disiplin

16 Maret 2023   11:14 Diperbarui: 16 Maret 2023   11:17 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

*Ramadan dan Etos Disiplin

Nur Aini, GPAI SDN Burneh 01

https://youtu.be/eURoALb0R7M

Baca juga: Sekolah Prestasi

Marhaban yaa Ramadan selamat datang wahai Ramadan. Kalimat ini akan menghiasi seluruh media cetak maupun elektronik. Kegembiraan menghadapi Ramadan terpancar dari seluruh lapisan masyarakat dari usia anak-anak hingga dewasa. Dari kalangan berada sampai golongan orang yang tidak mampu secara ekonomi. Kedatangannya disambut dengan senyuman dan berbagai persiapan dalam menghadapinya. Perjalanan kehidupan manusia begitu panjang yakni hidup di dunia menuju kehidupan abadi di akhirat. Ibarat sebuah perjalanan maka Ramadan dianggap sebuah stasiun untuk berhenti mencari bekal. Pada saat Ramadan diharapkan mampu untuk memperoleh bekal yang berkwalitas dalam melanjutkan perjalanan panjang. Ramadan adalah kesempatan untuk memperbanyak amal sholeh sehingga mampu menjadi orang-orang bertakwa yang secara sederhana diartikan sebagi orang baik. Di bulan Ramadan diwajibkan untuk berpuasa bagi orang beriman. Puasa Ramadan bertujuan agar orang yang melaksanakannya menjadi orang bertakwa sebagaimana tertuang dalam Al-Qur'an (2:183). Dalam menyambut Ramadan Rasulullah Saw mengajarkan doa yang artinya,"ya Allah, pertemukan bulan Ramadan yang mendatangi kami dalam keadaan aman dan beriman, selamat dan Islam dan sungguh engkau adalah bulan yang baik dan telah memberi petunjuk kepada kami".

https://youtu.be/wcTz7PmYZro

 Dalam kalender Hijriyah, Ramadan adalah urutan ke-sembilan setelah Sya'ban. Ramadan adalah rahmat (kasih sayang) Allah swt terhadap orang beriman. Dalam sehari waktu yang digunakan untuk ibadah tiap orang pasti tidak sama. Ada yang durasi ketakwaannya lebih lama namun ada pula tingkat kemaksiatannya lebih tinggi dibanding kebaikannya. Ramadan dihadirkan oleh Allah swt untuk memberi kesempatan bagi kita meraih keutaman-keutamaan. Sebelas bulan sebelumnya belum mampu menjadikan diri sebagai insan yang peripurna diharapkan dengan datangnya Ramadan akan menjadi manusia yang lebih baik. Bulan yang ditunggu kehadirannya karena banyak keberkahan yang akan diperoleh. Keutamaan yang tidak dapat diperoleh di bulan lainnya.Tradisi di Indonesia saat Ramadan begitu unik ada banyak kegiatan yang ditunggu. Kegiatan tadarus, saur-saur, bukber buka puasa bersama, sahur on the road, ngabuburit, bagi-bagi takjil, i'tikaf, pesantren kilat, kajian online Ramadan. Maka tidak heran jika ditanyakan lebih senang mana Ramadan atau bulan lain? Maka jawabannya adalah Ramadan. 

https://youtu.be/CFtO2RhadOg

 Ramadan yang di dalamnya ada kewajiban berpuasa telah melahirkan sikap empati dan sikap ta'awun. Begitu banyak kegiatan yang mendorong masyarakat untuk membantu sesama. Daftar kegiatan ta'awun bahkan jauh hari sebelum Ramadan telah tersusun rapi. Melaksanakan perintah puasa sebagai konsekwensi keimanan seseorang dalam kaitan dirinya sebagai hamba Allah swt (hablumminallah) diharapkan menjadi peluang kebaikan dalam sifat kemanusiaan (hablumminnas). Ramadan melatih diri untuk meningkatkan rasa solidaritas yang tinggi. Banyak amalan di bulan Ramadan yang mendukung peningkatan rasa solidaritas. Dalam sebuah hadist disebutkan "dari Anas ra dikatakan, "wahai Rasulullah, sedekah apa yang nilainya paling utama?" Nabi menjawab:"sedekah di bulan Ramadan"(HR. At-Tirmidzi). Hadist ini menjadi pemantik bagi umat Islam berlomba-lomba untuk berbagi rezeki kepada orang yang membutuhkan. Anak-anak yatim dan fakir miskin menjadi tujuan sedekah kita. Sikap berbagi kepada orang lain akan menghilangkan sifat rakus dan sombong dalam diri. Sesungguhnya di hadapan Allah swt kita hanyalah hamba yang tidak punya apa-apa. Masihkah bersikap sombong?

 Ramadan sebagai Canradimuka yaitu sebagai tempat dan waktu untuk menggembleng diri menjadi pribadi yang memiliki karakter kuat. Bulan Ramadan memberikan banyak peluang bagi kita untuk mewujudkan diri menjadi pribadi yang baik. Tangguh dalam beribadah secara mahdhoh (khusus) yang terkait dengan hubungan langsung terhadap sang Pencipta. Demikian juga ibadah yang bersifat amaliyah, sebagai makhluk sosial. Ketangguhan secara vertikal (hablumminallah) dan secara horisontal (hablumminannas) akan melahirkan pribadi yang berkarakter kuat. Tempaan latihan secara fisik dan rohani di bulan Ramadan akan memberikan dampak yang luar biasa bagi diri dan ummat pada umumnya termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Amalan-amalan yang bersifat vertikal dan horisontal hendaknya dilandasi oleh keikhlasan hanya mengharap ridho Allah swt semata bukan untuk yang lain. Ramadan sebagai sarana pengendalian diri diharapkan mampu membentuk karakter seseorang menjadi manusia yang lebih baik. 

 Karakter yang diharapkan dari ibadah di bulan Ramadan khususnya puasa adalah tebentuknya manusia jujur. Puasa berbeda dengan ibadah lainnya karena puasa secara sifat dilakukan secara sirr (sembunyi). Orang berpuasa hanya diketahui oleh Allah swt karena secara fisik antara yang berpuasa dengan yang tidak berpuasa adalah sama. Orang yang berpuasa memiliki komitmen yang kuat bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah swt. Mereka terikat pada hal-hal yang dapat membatalkan dan merusak nilai puasa. Sehingga orang yang berpuasa sangat berhati-hati dalam bertindak. Perasaan yang selalu diawasi oleh Allah swt telah menjadikan orang berpuasa untuk bersikap jujur kepada diri sendiri dan orang lain. Karena keimanan yang kuat melekat pada orang berpuasa maka tidak mungkin ia akan makan atau minum sebelum waktunya. Sikap jujur yang dilakukan secara ikhlas saat berpuasa akan melahirkan pribadi yang jujur walaupun Ramadan telah usai, tentunya memerlukan perjuangan untuk tetap merawatnya. 

 Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa kepada syurga. Hadist ini jika dibumikan sejak dini kepada anak-anak maka dampaknya akan luar biasa. Pembiasaan bersikap jujur sejak kecil akan membentuk karakter baik setelah dewasa kelak. Setiap kebaikan yang dilakukan akan membentuk keinginan untuk mengulang kebaikan tersebut. Tujuan hidup orang beriman adalah mencapai kebahagiaan dunia dan kebahagiaan di akherat. Hal tersebut hanya dapat dicapai saat ini ketika masih hidup di dunia. Semua kebaikan yang dilandasi keimanan disebut amal sholeh sebagai kunci syurga. Bersikap jujur adalah bagian dari kebaikan atau amal sholeh. Orang yang berpuasa tidak akan minum atau makan walaupun tidak ada orang yang melihatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun