c. Pengembangan Wilayah
Pembangunan kereta cepat dapat mendorong pengembangan wilayah di sekitar jalur kereta. Hal ini akan membuka peluang investasi di sektor properti dan pengembangan infrastruktur pendukung seperti hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan. Dengan demikian, wilayah sekitar jalur kereta cepat akan mengalami peningkatan pembangunan yang signifikan.
d. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
Dari segi lingkungan, penggunaan tenaga listrik untuk kereta api akan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan moda transportasi tradisional seperti mobil dan pesawat dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan, kereta berkecepatan tinggi juga dapat membantu mengurangi emisi karbon. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengatasi perubahan iklim dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Meskipun pembangunan KCJB memiliki dampak yang positif, proyek ini juga menghadapi tantangan dan kendala. Beberapa di antaranya adalah:
a. Masalah Lahan
Proses pengadaan lahan untuk pembangunan jalur kereta cepat menjadi salah satu kendala utama. Terdapat hambatan dalam negosiasi serta perbedaan harga yang ditawarkan oleh pemilik lahan. Selain itu, beberapa masyarakat yang terdampak pembangunan juga mempermasalahkan kompensasi yang diterima.
b. Keterlambatan Proyek
Sampai saat ini, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung masih mengalami keterlambatan dalam penyelesaian. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti permasalahan teknis, perizinan, dan kesulitan pendanaan. Pandemi COVID-19 juga berdampak pada proyek ini, dengan konstruksi dihentikan pada tahun 2020 karena fokus pemerintah pada respons pandemi. Konstruksi dilanjutkan pada pertengahan tahun 2021, namun pandemi ini telah menyebabkan penundaan dan peningkatan biaya. Salah satu permasalahan teknis, seperti banjir dan ketidakstabilan tanah, yang menyebabkan penundaan dan peningkatan biaya Misalnya, pembangunan jalur kereta api menyebabkan banjir di Tol Jakarta-Cikampek sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas. Keterlambatan ini dapat berdampak negatif terhadap proyek dan menunda manfaat yang diharapkan oleh masyarakat.Â
c. Biaya Operasional
Keberlanjutan operasional kereta cepat Jakarta-Bandung menjadi salah satu tantangan yang harus diatasi. Proyek ini membutuhkan biaya operasional yang tinggi, termasuk biaya pemeliharaan dan perawatan. Dan Proyek ini juga mengalami pembengkakan biaya yang signifikan, dengan perkiraan biaya meningkat dari US$6,07 miliar menjadi US$7,9 miliar Sebagian pembayaran cost overrun tersebut direncanakan menggunakan anggaran negara. Penundaan dan masalah teknis berkontribusi pada peningkatan biaya, serta faktor lain seperti perubahan nilai tukar dan inflasi. Oleh karena itu, perlu adanya strategi yang matang dalam mengelola dan memastikan keberlanjutan operasional kereta cepat ini.