Mendengar kata uang tentunya merasa senang bukan? Apalagi uang datang sebagai pendapatan bukan hilang karena pengeluaran. Uang di dalam kehidupan sehari-hari menjadi suatu barang yang penting. Setiap perilaku ekonomi yang dilakukan pasti berhubungan dengan uang. Sebagai contoh, ketika ingin membeli barang tentunya harus ada alat yang digunakan untuk membayar supaya dapat membawa pulang barang yang diinginkan. Lalu, apa definisi uang sebenarnya? Uang merupakan alat pembayaran yang sah dan diakui oleh negara. Definisi uang adalah benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar atau perdagangan (Sukirno, 2019). Uang dicetak oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) dan diedarkan oleh Bank Indonesia (BI). Sebagai indvidu yang terus membutuhkan uang, maka perlu dilakukan pengelolaan uang secara bijak agar pengeluarannya sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, setiap individu perlu memahami tentang pentingnya literasi dan inklusi keuangan. Apa itu literasi dan inklusi keuangan? Berikut penjelasannya.
Literasi keuangan merupakan sebuah pemahaman berkaitan dengan bagaimana cara mengelola keuangan secara bijak berdasarkan langkah-langkah yang tepat. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 76/POJK/2016 Literasi Keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan, yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan. Dalam konsep syariah, literasi keuangan diartikan sebagai pengetahuan dan keterampilan di dalam mengelola keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Adanya literasi keuangan dapat mencegah tiap individu untuk berperilaku konsumtif. Individu akan melakukan pembelian produk sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya bukan keinginan semata.
Pentingnya literasi keuangan menjadi bagian yang harus ditanamkan sedini mungkin pada setiap individu. Hal ini diyakini seseorang yang paham akan konsep literasi keuangan sejak kecil maka akan terbiasa dan mudah dalam mengelola uang dengan bijak. Begitupun sebaliknya, jika seseorang tidak dibekali ilmu keuangan maka akan kesulitan dalam mengelola uang sehigga kemungkinan akan terkesan lebih boros. Pendidikan literasi keuangan mampu memberikan keputusan terencana. Keputusan tersebut menentukan kesejahteraan manusianya pada masa mendatang. Memahami literasi keuangan membantu menghindari masalah keuangan.Â
Rida Prihatni (2024) membagi literasi keuangan ke dalam empat bidang penting yang dapat membantu dalam memahami aspek keuangan untuk tercapainya kesejahteraan finansial. Keempat bidang tersebut antara lain:
Pertama, pengetahuan keuangan yang mencakup konsep keuangan dasar seperti pendapatan, pengeluaran, tabungan, dan anggaran. Pemahaman terkait konsep keuangan dasar dapat membantu individu dalam mengembangkan anggaran yang realistis dan mematuhi anggaran tersebut untuk mencapai tujuan keuangan. Sebagai contoh, ketika individu mampu memahami dan menerapkan konsep menabung maka individu tersebut tidak merasa bingung dan khawatir ketika adanya kebutuhan yang sifatnya mendadak dan saat itu juga harus dipenuhi.
Kedua, Simpan Pinjam. Bidang pemahaman ini mencakup berbagi jenis produk simpanan dan pinjaman (simpan pinjam) dan cara menggunakannya secara bijaksana. Pentingnya mengetahui cara menyimpan uang dengan aman membantu dalam menabung dana darurat dan merencanakan pengeluaran di masa mendatang. Begitu juga dengan pinjaman, Ketika mengetahui tentang cara kerja pinjaman, suku bunga dan biaya tambahan lainnya maka akan berpikir dua kali untuk melakukan hutang. Pembayaran hutang yang terdapat tambahan biasanya terjadi pada bank konvensinal. Jikapun terdesak untuk berhutang setidaknya hutang yang diambil tidak berlebihan. Dalam islam, hutang disebut Al Qardh. Jika pada konvensional ada kelebihan pembayaran, pada akad qardh tidak adanya tambahan dan dibayarkan sesuai kesepakatan bersama.
Ketiga, Asuransi. Perlindungan atau asuransi menjadi alat penting yang digunakan untuk melindungi diri dari risiko finansial yang sifatnya tidak terduga. Memahami produk asuransi dan cara kerjanya menjadi bagian penting di dalam literasi keuangan. Ada beragam jenis produk asuransi yang ditawarkan seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kendaraan dan asuransi properti. Masing-masing produk asuransi memiliki karakteristik dan kegunaan yang berbeda satu sama lain. Sehingga dalam memilih asuransi yang tepat harus diperlukan pemahaman tentang kebutuhan dan risiko individunya masing-masing.
Keempat, Investasi, merupakan proses menempatkan uang atau sumber daya lainnya dalam asset yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan di masa depan. Adapun aktivitas yang termasuk di dalam investasi adalah melakukan pembelian saham, obligasi dan properti, Literasi investasi perlu dipahami sebelum melakukan aktivitas investasi seperti memahami risiko dan keuntungan dari jenis investasi yang dijalankan
Fokus Literasi dan Inklusi Keuangan
Literasi keuangan dengan inklusi keuangan merupakan dua konsep yang saling berkaitan satu sama lain. Jika literasi keuangan berfokus pada pengambilan keputusan keuangan dan anggaran, sedangkan fokus inklusi keuangan adalah menyediakan produk dan layanan lembaga keuangan yang dibutuhkan serta dapat dijangkau oleh seluruh elemen. Tujuannya supaya tercapainya kesejahteraan masyarakat. Inklusi keuangan meliputi pembuatan rekening tabungan dan dompet digital (GoPay, OVO dan Dana) yang membantu bertransaksi dengan mudah, cepat dan aman. Antara Literasi dan Inklusi keuangan memiliki kesamaan untuk mewujudkan semua masyarakat baik dari perdesaan maupun perkotaan agar melek pengetahuan terkait keuangaan.
Hasil SNLIK Tahun 2024
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia. Pelaksanaan SNLIK Tahun 2024, OJK berkolaborasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS). SNLIK yang dilakukan menggunakan parameter literasi keuangan yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap, dan perilaku, sementara indeks inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan (usage) terhadap produk dan layanan keuangan. Survey yang dilakukan ini melibatkan sebanyak 10.800 responden yang tersebar ke dalam 34 provinsi dan 120 kota/kabupaten.
Mengutip dari siaran pers bersama OJK dan BPS. Indeks literasi keuangan konvensional penduduk Indonesia tahun 2024 sebesar 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen. SNLIK tahun 2024 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah. Hasil yang diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah penduduk Indonesia sebesar 39,11 persen. Adapun, indeks inklusi keuangan syariah sebesar 12,88 persen.
Hasil SNLIK tahun 2024 tidak dapat dibandingkan pada hasil 3 tahun sebelumnya yakni pada tahun 2022. Hal tersebut karena metode yang digunakan dalam pengumpulan data berbeda. Tahun 2022 SNLIK dilakukan dengan metode sampling berupa purposive sampling dan simple random sampling yang lebih cenderung ke masyarakat perkotaan. Sedangkan, SNLIK 2024 dilakukan dengan metode stratified multistage cluster sampling dengan responden yang lebih menyeluruh.
Para pemangku kepentingan harus berupaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait literasi dan inklusi keuangan. Peningkatan pemahaman ini dapat dilakukan melalui pemberian edukasi keuangan. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan memberikan materi-materi seputar cara mengelola keuangan lebih bijak. Informasi yang disampaikan dapat mencakup perspektif konvensional maupun syariah. Edukasi keuangan dapat dilakukan melalui pemanfaatan platform media sosial maupun website yang mudah diakses oleh semua orang dengan waktu yang fleksibel. Edukasi juga dapat dikolaborasikan ke dalam agenda tahunan yaitu Bulan Inklusi Keuangan (BIK) pada Oktober. BIK Tahun 2024 Otoritas jasa Keuangan (OJK) melaksanakan ADK Mengajar dan seminar nasional di beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang tujuannya untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan bagi mahasiswa, dosen, dan civitas akademika di lingkungan kampus.
Stakeholder juga diharapkan mampu meningkatkan layanan keuangan di wilayah yang masih terbatas aksesnya. Â Adapun peningkatan layanan keuangan dapat dilakukan melalui perluasan Lembaga Keuangan di daerah perdesaan. Program ini dimaksudkan agar semua masyarakat mampu merasakan manfaat produk dan layanan keuangan yang disediakannya. Selain itu, jika dilihat dari perkembangan teknologi yang semakin pesat, perlu dilakukan inovasi secara berkala terkait produk keuangan digital yang mendukung kemudahan akses literasi dan inklusi keuangan. Inovasi tersebut tetap harus memprioritaskan keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya.
Jika masa depan finansial ada pada tingkat literasi dan inklusi keuangan. Pertanyaannya, apakah siap untuk memahami dan mengimplementasikannya? Mulai darimana cara yang bisa dilakukan?Â
Memahami literasi dan inklusi keuangan harus dimulai dari kesadaran masing-masing individu. Jangan menjadi individu yang senang menggunakan uang tanpa adanya perencanaan. Di dalam literasi keuangan, pendapatan uang harus di buat anggaran agar jelas arus pemasukan dan pengeluaran. Anggaran disesuaikan dengan kemampuannya agar sisa uang dapat ditabung, diinvestasikan dan disedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Â Selain itu, membuat To do List kebutuhan prioritas sangat penting agar tidak terjebak di dalam Impulsive Buying atau belanja dadakan tanpa perencanaan. To Do List dapat dilakuan secara manual atau dengan memanfaatkan aplikasi keuangan. Cara ini juga menjadi langkah implementasi literasi dan inklusi keuangan dalam mengikuti perkembangan zaman, yaitu memahami dan memanfaatkan financial technology (fintech).Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI