Pada Minggu malam, 5 Mei 2024, di Tangerang Selatan, sekelompok mahasiswa Katolik
Universitas Pamulang (Unpam) mengalami pembubaran ibadah Doa Rosario oleh Ketua RT
dan tiga warga lainnya. Kejadian ini berakhir pada intimidasi dan penyerangan, termasuk
penggunaan senjata tajam. Empat tersangka ditangkap, sementara korban melaporkan
ketakutan akibat ancaman fisik dan verbal. Organisasi mahasiswa dan lembaga hak asasi
manusia mengecam kejadian ini sebagai pelanggaran kebebasan beragama, penegakan
hukum yang lebih baik untuk melindungi hak minoritas di Indonesia.
Pembubaran ibadah mahasiswa Universitas Katolik Pamulang terjadi karena ketua RT
setempat, D, menganggap kegiatan tersebut mengganggu ketertiban umum. Ia berteriak untuk
membubarkan acara Doa Rosario yang diadakan di rumah kos, yang dihadiri oleh sekitar 15
siswa. Tindakan ini memicu intimidasi dan intimidasi, termasuk ancaman fisik dengan senjata
tajam dari beberapa warga. Sebelumnya, mahasiswa tersebut telah menerima teguran terkait
ibadah mereka, yang dianggap tidak sesuai dengan peraturan di lingkungan tersebut.
 Moderasi beragama berperan penting dalam mencegah kasus intoleransi seperti pembubaran ibadah mahasiswa Katolik di Universitas Pamulang. Dengan mendorong dialog antaragama, moderasi membantu menciptakan pemahaman yang lebih baik antara komunitas yang berbeda, sehingga mengurangi prasangka dan konflik.
Pendidikan tentang toleransi dan penghormatan terhadap keyakinan orang lain juga dapat memperkuat sikap saling menghargai. Selain itu, moderasi umat beragama dapat mendorong
masyarakat untuk menyelesaikan perbedaan secara damai tanpa kekerasan, serta mendorong
pemerintah untuk menegakkan hukum yang melindungi kebebasan umat beragama bagi semua warga negara.
Moderasi beragama adalah pendekatan yang menekankan sikap toleransi, pengertian, dan
penghormatan antarumat beragama. Hal ini mencakup upaya untuk mengurangi ekstremisme
dan intoleransi dalam praktik keagamaan dengan mendorong dialog, kerja sama, dan saling
menghargai di antara berbagai komunitas agama. Moderasi beragama bertujuan untuk
menciptakan lingkungan yang harmonis di mana semua orang dapat menjalankan keyakinan
mereka tanpa rasa takut akan diskriminasi atau kekerasan. Pendekatan ini penting dalam
masyarakat yang beragam untuk menjaga stabilitas sosial dan memperkuat persatuan di
tengah perbedaan.
Moderasi beragama sangat penting di Indonesia karena:
Keberagaman : Indonesia adalah negara dengan berbagai suku, agama, dan budaya.
Moderasi beragama membantu menciptakan keharmonisan di antara kelompok-kelompok ini, mencegah
konflik yang dapat muncul dari perbedaan keyakinan.
Mengurangi Intoleransi : Dengan mengedepankan sikap saling menghormati dan
toleransi, beragama moderasi dapat mengurangi tindakan intoleran dan ekstremisme
yang sering kali menimbulkan kekerasan.
Memperkuat Persatuan : Moderasi beragama mendukung semangat kebhinekaan, yang
merupakan salah satu prinsip dasar negara Indonesia. Ini membantu menjaga
persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan.
Perlindungan Hak Beragama : Pendekatan ini mendorong penegakan hak-hak
kebebasan beragama, memastikan bahwa semua warga negara dapat menjalankan
ibadah mereka tanpa rasa takut atau diskriminasi.
Stabilitas Sosial : Dengan menciptakan lingkungan yang toleran dan damai, beragama moderasi berkontribusi pada stabilitas sosial dan keamanan nasional, yang penting bagi
pembangunan bangsa.Â
Dalam Al-Qur'an, moderasi beragama dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang
menekankan pentingnya keseimbangan dan toleransi. Salah satunya adalah Surat Al-Baqarah
(2:143), yang menyatakan bahwa umat Islam adalah "umat yang tengah" (wasatan),
masing-masing
menunjukkan sikap moderat dalam beragama. Selain itu, Surat Al-Ma'idah (5:48) juga
mengajarkan untuk menghormati perbedaan agama dan menjalani keyakinan masing-masing
dengan baik. Ayat-ayat ini mendukung prinsip moderasi beragama dalam konteks kerukunan
dan toleransi antarumat beragama.
Jika moderasi beragam tidak dipraktikkan di Indonesia, beberapa konsekuensi serius dapat
terjadi:
Peningkatan Intoleransi : Ketidakmampuan untuk menghargai perbedaan agama dapat
menyebabkan meningkatnya intoleransi, yang berpotensi memicu konflik antarkelompok.
Kekerasan dan Penyerangan : Kasus seperti pembubaran ibadah mahasiswa Katolik di
Universitas Pamulang menunjukkan bahwa tanpa moderasi, tindakan kekerasan dan
intimidasi terhadap kelompok minoritas bisa meningkat.
Pelanggaran Kebebasan Beragama : Tanpa moderasi, hak-hak kebebasan beragama
dapat terabaikan, menciptakan lingkungan di mana kelompok tertentu merasa terancam
atau tidak aman dalam menjalankan ibadah mereka.
Disintegrasi Sosial : Masyarakat yang tidak mampu hidup harmonis dapat mengalami
disintegrasi sosial, mengganggu stabilitas dan keamanan nasional.
Stagnasi Pembangunan : Ketidakstabilan akibat konflik antaragama dapat menghambat
pembangunan sosial dan ekonomi, serta menimbulkan dampak pada kalangan investor
dan masyarakat umum.
Secara keseluruhan, moderasi beragama sangat penting untuk menjaga kerukunan dan
keharmonisan dalam beragam masyarakat seperti Indonesia.
Masyarakat seharusnya mengambil langkah-langkah berikut ketika ada umat lain yang
beribadah di wilayah mayoritas:
Dialog Terbuka : Mengadakan diskusi untuk memahami kebutuhan dan melakukan
praktik ibadah komunitas lain, sehingga menimbulkan saling pengertian.
Toleransi : Menghormati hak setiap individu untuk beribadah sesuai keyakinan mereka,
tanpa merasa terancam atau terganggu.
Pelaporan yang Profesional : Jika ada kekhawatiran mengenai perdamaian, warga
harus melaporkannya kepada pihak yang berwenang dengan cara yang profesional,
bukan dengan intimidasi.
Pendidikan Toleransi : Mendorong pendidikan tentang toleransi beragama di lingkungan
masyarakat untuk mengurangi prasangka dan konflik.
Pengawasan Hukum : membantah bahwa tindakan tersebut tidak menoleransi
pelaporan dan ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang untuk melindungi hak
beribadah semua warga negara.
Langkah-langkah ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan aman
bagi semua agama.
Kementerian Agama seharusnya mengambil langkah-langkah berikut untuk mencegah
kasus intoleransi seperti pembubaran ibadah mahasiswa Katolik di Universitas Pamulang:
Pendidikan Toleransi : Menyebarkan program pendidikan yang menekankan pentingnya
toleransi beragama dan penghormatan terhadap perbedaan di sekolah-sekolah dan
masyarakat.
Dialog Antar Agama : Mendorong dialog antaragama secara rutin untuk membangun
komunikasi dan pemahaman antara komunitas yang berbeda.
Pengawasan dan Penegakan Hukum : Bekerja sama dengan aparat penegak hukum
untuk memastikan bahwa pelanggaran, kebebasan beragama, ditangani secara serius
dan pelaku tindakan intoleransi dikenakan sanksi.
Penyuluhan Masyarakat : Melaksanakan program penyuluhan kepada masyarakat
tentang hak-hak beragama dan pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama.
Langkah-langkah ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan harmonis
bagi semua pemeluk agama di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H