Mohon tunggu...
Nur Afifah
Nur Afifah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi nonton

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Isu-Isu Islam Kontemporer: Islam Nusantara antara idealisme dan realita

13 Oktober 2024   06:38 Diperbarui: 13 Oktober 2024   06:47 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

 Keempat, kerugian yang teridentifikasi masih disebabkan oleh ketakutan akan masa depan Islam dan oleh karena itu tidak relevan.Dalam situasi saat ini. Kerugian yang diungkapkan juga hanya sekedar opini, meskipun kerugian tersebut berasal dari ketakutan atau adanya individu yang bertindak sesuai dengan peristiwa sejarah masa lalu.

Setelah mempertimbangkan pro dan kontra dari gagasan ini, disimpulkan bahwa gagasan "Muslim Nusantara" masih belum sesuai dengan tujuan utamanya dan dapat menimbulkan kontroversi lebih lanjut di kalangan umat Islam sendiri. Jika organisasi NU ingin mengekspor ide tersebut, maka harus memperbaiki masyarakat Indonesia terlebih dahulu agar patuh pada syariat Islam dan bebas dari penyimpangan dari segi akidah, tasawuf, dan syariah tsawabit. Meski begitu, NU perlu memperjelas maksud dan tujuan gagasan tersebut. Sebab, berdasarkan pengertian dan maksud NU, Islam bukanlah kata benda yang melekat pada kata lain, sehingga kosakata "Islam Nusantara" tidak sesuai dengan uraian tersebut. di belakangnya. Dalam uraian ini, kata "Islam" sendiri tidak digunakan sebagai konsep utama, namun karena penganutnya adalah umat Islam yang tinggal di Indonesia, maka lebih tepat menggunakan kata "Pulau Islam". Ketika umat Islam di seluruh dunia berusaha menyatukan tujuan mereka dan menghilangkan perbedaan, munculnya gagasan ini bertentangan dengan upaya tersebut. Karena penambahan kata deskriptif pada suatu kata hanya membatasi makna kata tersebut, penambahan kata "Nusantara" tidak hanya mempersempit makna kata "Islam". Kata "Islam" juga memberikan batasan yang jelas tentang "Islam" yang berbeda dengan "Islam" lainnya. Sebagai ormas Islam terbesar di negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, NU tidak boleh membatasi makna Islam dan harus berupaya mempersatukan Islam yang saat ini terpecah belah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun