Mohon tunggu...
Nur Afdianti
Nur Afdianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang melanjutkan pendidikan S1

Membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran lingkungan dan budaya dalam perkembangan sosial emosional

19 Januari 2025   00:44 Diperbarui: 19 Januari 2025   00:44 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

a. Nilai Budaya tentang Hubungan Sosial

Dalam budaya kolektivis, seperti budaya Indonesia, hubungan sosial dan keluarga memiliki nilai yang sangat penting. Anak-anak diajarkan untuk menghormati orang tua, memprioritaskan kepentingan keluarga, dan menjaga harmoni dalam hubungan sosial. Hal ini membentuk pola perilaku anak yang lebih kooperatif dan peduli terhadap orang lain. Sebaliknya, dalam budaya individualis, anak lebih diajarkan untuk mandiri, mengekspresikan diri, dan mengejar tujuan pribadi.

b. Pengaruh Tradisi dan Ritual

Tradisi dan ritual dalam budaya juga memengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak. Misalnya, tradisi gotong royong di masyarakat Indonesia mengajarkan anak tentang kerja sama dan rasa tanggung jawab. Ritual keagamaan, seperti shalat berjamaah atau upacara adat, membantu anak belajar nilai spiritual, kedisiplinan, dan rasa kebersamaan.

c. Bahasa sebagai Sarana Ekspresi Emosi

Bahasa adalah bagian integral dari budaya yang memengaruhi bagaimana emosi diekspresikan. Dalam budaya tertentu, ada emosi yang lebih diterima untuk diungkapkan secara terbuka, sementara dalam budaya lain, emosi tersebut mungkin dianggap tabu. Misalnya, budaya Indonesia cenderung mengajarkan pengendalian diri dan menghindari konflik terbuka, sehingga anak belajar untuk lebih berhati-hati dalam mengekspresikan emosinya.

3. Kolaborasi Lingkungan dan Budaya dalam Perkembangan Sosial-Emosional

Lingkungan dan budaya tidak dapat dipisahkan dalam memengaruhi perkembangan sosial-emosional. Keduanya saling melengkapi dan bekerja sama untuk membentuk individu yang sehat secara emosional dan sosial. Misalnya, seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang suportif dan budaya yang menjunjung tinggi nilai gotong royong akan memiliki kemampuan sosial yang baik dan empati yang tinggi. Namun, tantangan juga dapat muncul ketika ada benturan antara nilai budaya dan pengaruh lingkungan modern, seperti media sosial atau perubahan gaya hidup. Dalam situasi ini, penting bagi orang tua dan pendidik untuk membantu anak menemukan keseimbangan antara tradisi dan tuntutan zaman.

Kesimpulan

Peran lingkungan dan budaya dalam perkembangan sosial-emosional tidak dapat diabaikan. Lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan komunitas menyediakan pengalaman belajar sosial yang penting, sementara budaya memberikan kerangka nilai dan norma yang membentuk cara individu berpikir, merasa, dan bertindak. Oleh karena itu, sinergi antara lingkungan yang mendukung dan budaya yang positif sangat dibutuhkan untuk menciptakan generasi yang sehat secara sosial dan emosional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun