Mohon tunggu...
Nuraeni
Nuraeni Mohon Tunggu... Guru - Nuraeni

Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lelah Menjadi Lillah

10 Maret 2017   12:28 Diperbarui: 10 Maret 2017   12:40 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jam 07.15...

Kutebar senyuman ini kepada siapa saja yang ada, kusalami setiap orang yang berpapasan denganku. Hari ini aku berpakaian putih hitam sesuai dengan jadwal berpakaian di hari Rabu ini.

“Assalamualaikum......! Semangat pagi...! apa kabarnya anak-anakku? dengan penuh semangat kalimat ini yang kuucapkan setiap kali hadir di sekolah ini.

“Waalaikum salam warohmatullohi wa barokatuh...! Semangat pagi juga ibuku...! itu yang selalu kudengar dari para guru dan siswa di sini J.

Semua siswa dan guru sudah masuk ke dalam kelasnya masing-masing, memulai kegiatan belajar mengajar sesuai ketentuan, setiap hari, setiap waktu, tak ada habis-habisnya, sampai maut menghentikan semua aktivitas ini. Aku berjalan terus menyusuri lorong kelas demi sampai ke ruangan kepala sekolah dan juga ruang tata usaha. 

Dan...stttt...ada suara ibu guru dengan nafas yang terengah-engah berlari menuju ke kelas, kusapa ibu guru ini “Assalamualaikum ibu guru cantik.... tarik nafas...senyum dulu...baru masuk kelas”, dengan tersipu malu ibu guru berhenti sejenak, kemudian melakukan apa yang aku sarankan, “maaf bu kesiangan....”. aku jawab “ga apa-apa bu guru, toh tidak setiap hari kan kesiangannya?” sambil tersenyum dan kutepuk bahunya supaya ibu guru tenang. Aku lihat jam tanganku menunjukkan jam tujuh lebih tiga puluh menit, dalam hatiku berkata, lumayan ibu guru ini terlambat lima belas menit, mudah-mudahan ibu guru ini akan meminta maaf kepada siswanya karena ada waktu lima belas menit yang terbuang...

Hening.....

Nampaknya semua siswa dan guru sudah dipastikan masuk ke kelas untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya. Kuintip sedikit....J ternyata di dalam kelas siswa siswinya hebat-hebat, ada ada saja kisah setiap harinya. Dari yang bersuara lantang, ada yang suka terlambat seperti ibu/bapak gurunya, ada yang super pintar, ada yang diam-diam jahil, ada yang bijak menyikapi ocehan temannya, ada si tukang lapor, ada si cengeng, pokoknya sangat beragam, rame banget, kayaknya kalau mau ditulis tinggal dipilih mau kisah kasih yang mana. 

Kemudian aku mulai masuk ke ruang tata usaha, pegawai tata usaha sudah mulai mengerjakan administrasi sekolah, kusapa mereka dengan salam, sapa, dan senyuman. Aku mulai ngobrol ngaler ngidul tentang regulasi pendidikan saat ini, buku induk kuperiksa juga, dan...wow....dengan rasa kaget yang tak terhingga, aku terpana..... L kenapa buku induk tahun sebelumnya belum juga diselesaikan....siswanya kan sudah keluar....L, tapi tidak aku tunjukkan secara verbal rasa kekagetanku ini, hanya dalam hati, dag dig dug ga keruan..., masalahnya buku induk ini penting sekali lho untuk segera diisi, 

kenapa? karena data tentang siswa di sekolah ini terekam dan jika suatu saat nanti anak ini menjadi presiden kemudian ijazahnya hilang, maka pastinya akan minta salinannya ke sekolah ini, itulah pentingnya Buku Induk di sekolah, diibaratkan kalau di sekolah ini terjadi kebakaran ataupun kebanjiran maka yang pertama kali harus diselamatkan adalah Buku Induk ini. Pegawai tata usaha ini terlihat gugup saat kuberitahu tentang pentingnya pengisian buku induk ini, dengan mengangguk-angguk pegawai berjanji akan mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya.

 Sambil tersenyum aku katakan, hidup tetap indah koq, meski kita tak bisa menyelesaikan secara tuntas pekerjaan ini, untuk itu hidup ini akan jadi lebih indah karena kita selalu dapat bekerja dengan baik, mengerjakan pekerjaan tanpa ditunda dan banyak hal yang tidak bisa diperhitungkan. Perlahan tapi pasti aku tahu bahwa ini hanya kelalaian saja, sambil tetap tersenyum melengkung aku beranjak dari ruang tata usaha ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun