Mengobati rasa penasaran, saya pun berselancar mencari tahu siapa si pemilih stasiun ini. Kok beritanya sangat-sangat berat sebelah, Bahkan di baru di awal kampanye, ia sudah secara jelas menunjukkan dukungannya kepada paslon GM.
Usut punya usut, ternyata saluran tv tersebut ada dalam grup yang dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo (HT). HT yang juga merupakan pemimpin di partai perindo sendiri sudah secara gamblang menyatakan dukungannya kepada paslon GM. Jadi, tidak heran jika berita berita yang disajikan hanya menampilkan keunggulan paslon GM. Tak heran, jika syarat berita pun diabaikan, yang penting paslon dukungan terlihat apik di mata pemirsa tv.
Wah, padahal baru hari pertama rasanya berita di media sudah tidak bisa dipercaya. Maka, selama kurang lebih 75 hari ke depan kita harus menyiapkan pikiran dan mental untuk membaca berita-berita yang mungkin saja penuh kepalsuan.
Mungkin ke depan saya akan membuat ulasan tentang media-media yang jelas tidak netral, karena pemiliknya secara gamblang menyatakan dukungannya pada paslon tertentu. Hal ini menurut saya perlu diinfokan, agar masyarakat tahu bahwa berita yang disajikan tidak sepenuhnya benar.
75 Hari Masa Kampanye
Hal ini tak lain dan tak bukan dikarenakan mulai hari ini tanggal 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024 Â KPU menetapkan bahwa selama rentang waktu tersebut digunakan untuk kampanye. Kampanye dapat berupa kegiatan pertemuan terbatas, tatap muka, penyebaran alat peraga kampanye kepada umum. Serta akan ada debat pasangan calon presiden, dan calon wakil presiden, dan kampanye media sosial.
Berita tak berimbang yang hanya menampilkan kebaikan (yang bisa dijadi dibuat-buat) dari paslon yang didukung itu memang sangat memuakkan. Apalagi jika berita tersebut hanya settingan semata yang betujuan membuat citra paslon semakin baik di mata publik.
Akan tetapi, jauh lebih memuakkan bahkan menurut saya sudah masuk dalam ranah kriminal, jika berita yang disajikan adalah menunjukkan kejelekan paslon lawan dengan kata-kata buruk yang bisa jadi dibentuk. Dibentuk untuk tujuan menjatuhkan lawan. Dibentuk sebagai fitnah, agar paslon lawan dibenci oleh masyarakat.
Masih teringat dalam ingatan tentang istilah cebong dan kampret yang memenuhi dunia maya saat pemilu 2019. Istilah yang menjatuhkan martabat sesama demi politik yang penuh dengan kepalsuan.
Harapannya, selama 75 hari ke depan tak ada lagi perang verbal yang saling menjatuhkan lawan dengan segala cara. Lebih baik adu kebaikan dibandingkan dengan saling menjatuhkan.
Ah, entahlah. Bahkan saya sendiri tidak tahu. Jangan-jangan tulisan saya ini juga termasuk ke dalam bagian dari perang verbal yang sudah mulai dilakukan para masing-masing pendukung calon? hehe
Mengutip petuah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib:
Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu.