Sebelum menjadi mahasiswa pendidikan profesi guru (PPG) Universitas Negeri Semarang (UNNES), saya mengajar di SMP Plus Riyadlul Mustaqim Mandiraja, Banjarnegara. Tidak berbeda dengan sekolah lainnya, sekolah kami pun menerapkan kurikulum merdeka di jenjang kelas 7.
Kita tahu, bahwa kurikulum merdeka bertujuan untuk membentuk pelajar Pancasila dengan 6 karakter yang harus dimilikinya (baca tulisan saya sebelumnya). Untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka dalam kurikulum merdeka diadakan proyek penguatan profil pelajar Pancasila atau yang biasa dikenal dengan istilah P5.
P5 sendiri dalam penerapannya memiliki empat prinsip, yaitu:
1. HolistikÂ
Prinsip holistik bermakna memandang segala sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah. Dalam hal ini penerapan P5, prinsip holistik mendorong pendidik untuk menelaah tema secara utuh dan melihat keterhubungan dengan berbagai hal untuk memahami suatu permasalahan secara mendalam.
2. Kontekstual
Prinsip kedua adalah prinsip kontekstual. Prinsip ini berkaitan dengan upaya menjadikan kegiatan pembelajaran yang berdasarkan pada pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian. Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta didik untuk menjadikan lingkungan sekitar dan kehidupan sehari-hari sebagai sumber utama pembelajaran.
3. Berpusat pada Peserta Didik
Prinsip selanjutnya adalah berpusat pada peserta didik. Prinsip ini mendorong peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya secara mandiri.
4. EksploratifÂ
Prinsip yang terakhir adalah prinsip eksploratif. Prinsip ini mendorong semangat untuk membuka ruang yang lebar bagi proses pengembangan diri dan inkuiri, baik terstruktur maupun tidak terstruktur.
P5 sendiri memiliki beberapa macam tema dalam penerapannya. Tema projek untuk profil SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK dan sederajat sendiri terdiri dari 7 tema pilihan. Tema tersebut adalah:
a. Gaya hidup berkelanjutan
b. Kearifan lokal
c. Bhinneka tunggal ika
d. Bangunlah jiwa dan raganya
e. Suara demokrasi
f. Rekayasa dan teknologi
g. Kewirausahaan
h. Keberkerjaan
Dalam satu tahun ajaran, setiap sekolah Haris melakukan proyek dengan memilih 3-4 tema dari pilihan tema yang disediakan. Di SMP Plus Riyadlul Mustaqim Mandiraja dipilih tiga tema, yaitu bangunlah jiwa dan raganya, kearifan lokal, dan kewirausahaan.
Proyek tema kearifan lokal dilakukan dengan mengadakan kunjungan wisata lokal ke Dieng, Banjarnegara. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan budaya lokal di Banjarnegara, khususnya di Dieng. Karena meskipun Dieng merupakan wisata yang terkenal bahkan sampai ke Mancanegara, tidak sedikit warga Banjarnegara yang belum pernah kesana dan mengetahui kebudayaan yang ada disana. Pun demikian dengan peserta didik di sekolah kami. Maka dipilihlah kegiatan kunjungan ini.
Guna mendukung pembentukan karakter yang harusnya dimiliki oleh seorang pelajar Pancasila maka disusunlah kegiatan berupa penugasan. Dimana peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok. Kemudian, maisng-masing kelompok bertugas melakukan wawancara dan membuat vlog kunjungan. Hal ini bertujuan untuk melatih karakter mandiri, gotong royong, dan berpikir kritis.
Kegiatan kunjungan ke wisata lokal (terutama yang berada di Kabupaten/Kota tempat peserta didik tinggal), menurut saya sangat bagus untuk dipraktekkan dalam P5. Karena, banyak peserta didik yang tahu wisata-wisata budaya di luar kota tetapi tidak mengetahui wisata budaya yang ada di daerah tempat tinggalnya.
Demikian pengalaman yang pernah sekolah kami lakukan. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H