Mohon tunggu...
Nur Laila Sofiatun
Nur Laila Sofiatun Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Perempuan yang ingin bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Makam Mbah Hasan Minhaj, Wisata Religi yang Mendebarkan

14 Oktober 2022   23:31 Diperbarui: 28 November 2023   23:11 4206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Eyang Husein Al Habsyi, cicit Habib Ali Al Habsyi (sumber: tangkapan layar YouTube)

Terlena dengan kegiatan mengabadikan momen, kami lupa bahwa langit sudah mulai gelap. Mega merah di ujung barat mulai terlihat. Kami pun berunding apakah jadi ziaroh atau tidak. Mengingat waktu sudah hampir memasuki malam hari.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya kami memutuskan untuk tetap ziaroh ke makam Mbah Hasan Minhaj. Karena kami berpikir eman-eman kalau tidak ziaroh. Karena kalau tidak ziaroh saat itu belum tahu lagi kiranya kami bisa datang lagi ke kota Solo.

Berbekal arahan dari google maps, kami berkendara menuju makam Mbah Hasan Minhaj. Seperti biasa, google maps memberikan rute yang tak biasa. Kami harus lewat gang sempit, bahkan pekarangan rumah orang dibuatnya menjadi jalan yang harus kita lalui.

Kurang lebih selama 20 menit kami berkendara, akhirnya kami dinyatakan oleh google maps telah sampai tujuan. Tak terlihat pemakaman sepanjang mata memandang, kami pun bertanya kepada seorang pemuda yang sedang berjalan. Takut, jikalau disasarkan oleh google maps layaknya banyak cerita yang beredar di media sosial.

Pemuda tersebut menunjuk ke gang kecil di seberang jalan. Kurang lebih 3 meter dari pintu masuk gang terdapat panah yang menunjukkan ke arah pemakaman. Tidak lama pun akhirnya kami memasuki pemakaman yang dimaksud.

Makam Tua

Pemakaman tersebut merupakan pemakaman umum yang terdiri dari banyak makam. Akan tetapi terlihat bahwa makam ini adalah makam tua. Banyak makam yang sudah terlihat sudah lama. Terlihat dari batu nisan dan bangunan sekeliling makam yang sudah terlihat seperti berusia puluhan bahkan ratusan tahun.

Di pemakaman terdapat beberapa makam yang diberi pagar betis dan atap yang jumlahnya lebih dari satu. Terlihat seperti koloni pemakaman, yang menandakan bahwa dalam satu pagar betis terdiri dari makam-makam yang terdiri dari satu keluarga. Makam Mbah Hasan Minhaj termasuk ke dalam makam yang diberi pagar betis dan atap.

Saat kami sampai di makam Mbah Hasan Minhaj, terlihat pintu masuknya terkunci, dan terdapat tulisan nomer kontak juru kunci makam. Saat berdiskusi bersama empat teman satu rombongsn tentang akankah kita menghubungi juru kunci atau tidak, tiba-tiba lampu makam padam. Segera tak lama kemudian lampu nyala kembali. Suasana tiba-tiba terasa sedikit mencekam, tak lama kemudian adzan magrib pun berkumandang.

Segera kami beranjak untuk menunaikan ibadah sholat magrib terlebih dahulu. Kami keluar dari gang dan segera mendapatkan sebuah masjid tepat di pinggir jalan.

Saat memasuki masjid, kami mengetahui bahwa jamaah masjid tersebut adalah golongan Islam yang tidak melakukan ziaroh dan tahlil (kirim doa) di pemakaman. Kami menjadi merasa tak heran, jika pemakaman tadi terasa mencekam dan seperti tidak pernah dijamah manusia.

Selesai sholat magrib, berdzikir dan berdoa kami segera menuju ke makam kembali. Langit terlihat sudah gelap. Pemakaman pun terasa lebih mencekam dibandingkan dengan sebelumnya. Bulu kuduk pun sedikit tegak seperti akan berdiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun