Mohon tunggu...
Nur Laila Sofiatun
Nur Laila Sofiatun Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Perempuan yang ingin bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingin Kaya? Jangan Jadi Guru!

6 Oktober 2022   23:29 Diperbarui: 6 Oktober 2022   23:34 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru yang bahagia saat mengajar siswanya (sumber: yoursay.suara.com)

Apakah kalian ingin menjadi kaya?

Jika kalian beri pertanyaan seperti itu, apa kira-kira jawaban yang akan kalian berikan? Adakah di antara kalian yang menjawab tidak, dan memilih untuk miskin? Kalau saya sendiri, jika harus jujur pasti akan menjawab "ya, saya ingin menjadi kaya".

Definisi Kaya

Sebagian orang berpendapat bahwa kesuksesan seseorang bisa dilihat dari kekayaan yang dimiliki. Apapun pekerjaannya ia dikatakan sukses jika sudah berhasil memiliki rumah beserta perabotan yang mewah, beberapa mobil dan kendaraan lainnya atau memiliki tanah dimana-mana.

Lalu apa sebenarnya definisi dari kaya?

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kaya didefinisikan sebagai tiga hal. Tiga hal tersebut yaitu (1) mempunyai banyak harta (uang dan sebagainya): baginya tua muda, besar kecil, kaya miskin semuanya sama, (2) mempunyai banyak (mengandung banyak dan sebagainya: kaya akan hasil bumi, dan (3) (ber) kuasa: Tuhan Yang Maha Kaya. 

Baca juga: Aku Ingin Bahagia

Dari definisi di atas bisa diambil kesimpulan bahwa kaya itu berhubungan dengan sesuatu yang banyak atau berlimpah. Definisi nomer satu sendiri mendefinisikan kaya sebagai sesuatu yang melekat pada diri seseorang. Dimana ia mempunyai lawan kata miskin.

Mengapa akhirnya cenderung banyak orang menginginkan menjadi kaya? 

Hal ini dikarenakan orang kaya lebih unggul dibandingkan daripada orang miskin (dalam pandangan tertentu). Tidak jauh berbeda dengan orang tua yang lebih unggul (dalam hal status di keluarga maupun masyarakat misalnya) dibandingkan dengan orang muda.

Selain itu kekayaan juga dipandang oleh sebagian orang sebagai salah satu faktor besar dalam menentukan kebahagiaan. Pun, pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar. Akan tetapi memang benar jika kekayaan akan memudahkan seseorang dalam mendapatkan apa yang diinginkan. Kemudahan pemenuhan keinginan inilah yang dijadikan alasan bahwa kaya itu bisa mendatangkan kebahagiaan.

Kita ambil contoh, bagi seseorang yang memiliki hobi berkeliling (traveling) tentu kekayaan akan memudahkan pemenuhan kebutuhan travelingnya.  Bagi seseorang yang hobi makan di luar, tentu kekayaan akan memudahkannya untuk mencoba makanan di berbagai tempat. Dan masih banyak contoh lainnya. Bukankah biasanya jika seseorang bisa melakukan hobinya dengan baik ia akan bahagia?

Akan tetapi, perlu dicatat tidak selalu kebahagiaan itu hanya bisa didapatkan dengan kekayaan. Kalian tentu sependapat dengan saya tentang hal ini, karena sejatinya kebahagiaan itu ada di hati setiap orang. Dimana alasan kedatangannya tidak bisa ditentukan. Setiap orang punya patokan bahagianya masing-masing.

Dikarenakan banyaknya orang yang menganggap kekayaan sebagai salah satu faktor besar kebahagiaan, maka tak jarang orang-orang akan menginginkannya. Berbagai cara dilakukan agar ia menjadi kaya. Mulai dari bekerja keras sampai bekerja tak ikhlas dengan cara culas. 

Dalam hal memilih profesi, akhirnya mereka pun pilih-pilih. Sejak kecil mereka pun sudah mulai diajarkan oleh orangtua mereka untuk menjadi apa kelak nantinya. Berbagai profesi disuguhkan untuk dipilih atau ada juga yang sudah mengatur putra-putrinya ke arah menuju profesi yang diinginkan. 

Profesi Guru

Salah satu profesi di negeri ini adalah profesi guru. Profesi ini bertugas memberikan pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik. Tujuan pendidikan dan pengajaran ini sendiri adalah membentuk manusia seutuhnya. 

Profesi guru dikatakan sebagai profesi yang mulia, bahkan dikatakan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Akan tetapi, hal ini tidak berbanding lurus dengan penghasilan yang didapatkannya. Gaji yang seorang guru bisa dikatakan cukup rendah. Bahkan gaji seorang guru honorer di sekolah swasta di desa bisa jadi 1/5 dari UMR di kabupaten tersebut.

Pun seorang guru yang sudah menjadi pegawai negeri sipil (PNS) ataupun aparatur sipil negara (ASN) gajinya juga termasuk rendah jika dibandingkan dengan gaji pegawai BUMN. Memang untuk gaji guru di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Bahkan dalam salah satu situs disebutkan bahwa gaji guru Indonesia berada di posisi terendah nomer dua di dunia setelah negara Pakistan.

Maka, jika kalian ingin menjadi kaya jangan jadi guru. Karena sudah barang tentu, itu tidak mungkin terjadi. Kecuali jika selain menjaga guru ia menjalankan profesi lainnya, misalnya buka usaha, jual jasa, dan lain sebagainya.

Hal itu jika kaya yang kalian maksud adalah kaya materi. Akan tetapi jika kaya yang dimaksdu adalah kaya dalam hal lainnya tentu menjadi guru adalah jalan yang terbaik. Seorang guru pasti akan kaya akan anak/saudara/keluarga. Karena setiap tahunnya seorang guru memiliki tambahan anak yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Dimana setiap anak tersebut juga mempunyai orangtua yang biasanya juga akan menjalin hubungan baik dengan gurunya.

Selain kaya akan anak, seorang guru juga kaya akan ilmu. Hal ini yang menjadikan guru bisa lebih bahagia dalam hidup. Karena seorang guru biasanya paham berbagai macam ilmu, salah satunya tentang ilmu bahagia. Karena seperti pernyataan saya di awal, bahwa bahagia itu letaknya di hati bukan di materi. 

Kekayaan lainnya yang akan didapatkan oleh seorang guru adalah kaya pahala (jika ikhlas melaksanakannya ya). Hal ini karena seorang guru membagikan pengetahuannya kepada para peserta didik sehingga peserta didik bisa menjadi manusia yang baik.

Dalam agama Islam sendiri salah satu amal yang tidak akan terputus bahkan ketika sudah meninggal adalah ilmu yang bermanfaat. 

Setelah membaca tulisan ini, jika kalian ingin kaya tetep mau jadi guru atau ga? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun