Saat ini dunia maya sedang ramai membicarakan kasus salah satu oknum perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang bentrok dengan warga Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Kejadian ini terjadi hari Ahad 7 Agustus 2022.
Dalam berbagai berita diceritakan bahwa bentrokan terjadi diawali dengan warga yang menegur oknum PSHT yang sedang melaksanakan konvoi. Konvoi ini sendiri diadakan dalam rangka memperingati satu abad PSHT.Â
Dilansir dari laman wikipedia, PSHT merupakan organisasi perguruan pencak silat yang diprakarsai oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Organisasi ini didirikan pada tahun 2022 dengan nama Persaudaraan Setia Hati Pemuda Sport Club (SH PSC).
Ajaran PSHT
PSHT adalah salah satu perguruan silat yang cukup besar di Indonesia. Jumlah warganya (penyebutan untuk anggota organisasi) saat ini sudah mencapai angka 7 jutaan. Organisasi ini mengajarkan seni bela diri pencak silat yang digunakan untuk melindungi diri maupun untuk pertandingan.
Selain mengajarkan seni bela diri pencak silat, PSHT juga mengajarkan ajaran-ajaran lainnya, termasuk Ajaran Setia Hati. Ajaran Setia Hati mengajarkan upaya manusia mendekatkan diri dengan Tuhan, mendekatkan diri dengan sesama manusia, dan mendekatkan diri dengan alam.
Falsafah PSHT
PSHT juga memiliki 31 falsafasah hidup yang berasal dari falsafah orang Jawa sebagai landasan dalam melakukan segala hal. Di antara 31 falfsah tersebut ada 2 falsafah yang isinya menurut saya sudah dilanggar oleh oknum PSHT yang mbenteok dengan warga hari Ahad kemarin.
Falsafah tersebut adalah falsafah nomer 5 dan 21. Dimana bunyi falsafah tersebut adalah:
Satria ingkang pilih tanding
Makna dari falsafah nomer 5 ini adalah Ksatria yang memilih lawan yang setara (mampu menghadapinya), bukan orang yang lebih lemah darinya.
Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Makna dari falsafah nomer 21 ini adalah Jangan menjadi orang yang sok berkuasa, sok besar, dan sok sakti.
Berdasarkan dua falsafah di atas dapat diketahui bahwa seharusnya seorang warga PSHT adalah orang yang arif bijaksana. Ia bukan orang yang mudah marah dan menggunakan kekuatannya secara sembarangan. Seorang warga PSHT yang baik hanya akan bertanding dengan lawan yang setara dan hanya untuk perlindungan saja.Â
Sedangkan pada kasus bentrokan yang terjadi kemarin, diceritakan bahwa orang yang bentrok dengan warga PSHT awalnya hanya memberikan teguran karena konvoi yang mereka lakukan dianggap mengganggu warga masyarakat lainnya. Konvoi ini dilakukan warga PSHT dalam rangka memperingati satu abad PSHT. Akan tetapi, entah bagaimana ceritanya mereka justru bentrok dengan warga masyarakat. Bahkan terlihat dalam video salah seorang warga masyarakat dikeroyok massal oleh warga PSHT.Â
Harapan saya ke depan, para warga PSHT tidak hanya meresapi ajaran seni bela diri yang diberikan dalam perguruan. Mereka juga seharusnya meresapi ajaran dan falsafah yang ada di dalamnya. Karena sejatinya seni beli diri apapun digunakan hanya untuk perlindungan bukan untuk menyerang atau menganiaya orang lain.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H