Hemat saya, melihat sedikitnya orang tua yang mau menyekolahkan anaknya di SLB dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
1. Gengsi Orangtua
Bagi sebagian orang memiliki anak berkebutuhan khusus adalah sebuah aib/sesuatu yang harus disembunyikan. Karena, mereka beranggapan bahwa memiliki abk akan mengakibatkan mereka dianggap orang tua yang gagal. Sehingga mereka malu jika orang-orang tahu bahwa anaknya adalah ABK.
2. Minim Pengetahuan tentang ABK dan SLB
Pengetahuan atau informasi tentang ABK dan bagaimana pola asuh yang benar masih sangat minim. Hal ini dikarenakan pemerintah tidak memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat. Jadi, sebagian orangtua tidak tahu bagaimana caranya mendidik ABK yang sesuai agar tumbuh kembangnya tidak terhambat.
Selain info tentang ABK, info tentang adanya SLB di masyarakat juga masih minim. Bahkan saya sendiri baru tahu kalau di kabupaten saya ada SLB, setelah diceritakan oleh guru madrasah saya yang anaknya bersekolah di SLB. Sedangkan sebagian besar warga kampung ku tidak ada yang tahu.
Seharusnya pemerintah memberikan informasi kepada masyarakat yang memadai. Informasi bisa diberikan melalui posyandu, pertemuan walimurid di sekolah, perkumpulan ibu-ibu PKK dan perkumpulan lainnya.
3. Biaya sekolah SLB Mahal
Selain minim info, untuk sekolah di SLB juga dibutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan sekolah umum. Hal ini menjadikan orang tua keberatan jika menyekolahkan anaknya di SLB.Â
4. Jarak SLB dengan Tempat Tinggal Jauh
Jumlah SLB saat ini masih sangat minim. Di kabupaten Banjarnegara sendiri, tempat saya tinggal, baru ada tiga SLB, dua SLB negeri dan satu SLB swasta. Dikarenakan jumlah SLB sedikit, sedikit ada dua puluh (20) kecamatan di Banjarnegara tentu menjadikan sebagian besar masyarakat memilih jarak tempuh yang jauh jika mau menyekolahkan anaknya di SLB. Hal ini pun menjadi alasan bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SLB.Â
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di atas sebenarnya sudah pemerintah carikan solusinya dengan mengadakan sekolah inklusi. Akan tetapi, apakah sekolah inklusi sudah bisa menjadi solusi untuk memberikan pendidikan yang sesuai bagi ABK?
(Tulisan tentang plus minus sekolah inklusi akan saya bahas di tulisan saya lainnya).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H