Tidak dapat dipungkiri jumlah pepohonan di negeri ini semakin berkurang saja jumlahnya. Entah karena penebangan liar, pembakaran hutan, pembangunan gedung-gedung, pembangunan wisata, dan lain sebagainya. Banyak dari mereka yang membangun gedung-gedung tidak mengganti daerah untuk resapan air sebagai ganti penerbangan pohon yang ia lakukan.
2. Banyaknya sampah yang menghalangi aliran air.
Sampah ada dimana -mana, kasar mata, tidak tertata, dan menyebabkan malapetaka. Mungkin kalimat itu cocok disematkan untuk banyaknya sampah yang di buang sembarangan, yang akhirnya menghalangi aliran air agar sampai ke muara.Â
3. Berkurangnya daerah resapan air
Banyaknya pembangunan, pembuatan jalan aspal, pengecoran jalan tentu akan mengurangi jumlah daerah resapan air. Sehingga seharusnya dalam waktu tertentu air sudah meresap ke dalam tanah, karena terhalang oleh hal-hal seperti di atas air jadi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk meresap ke dalam tanah.
Hal-hal seperti di ataslah yang menjadi penyebab banjir terjadi. Jadi salah siapa?
"Tentu jawabnya adalah salah manusia sendiri, sebagai pemimpin di bumi."
Mungkin akan ada yang mengelak, "banjir gara-gara udane ga mandeg-mandeg" (banjir karena hujan tidak berhenti -henti).
Menurut saya ini tidak bisa dijadikan alasan. Karena apa? Karena kita ketahui saat pelajaran IPA di sekolah kita tahu, jumlah air di bumi itu tetap. Jadi, sudah jelas dari dulu sampai sekarang air yang ada di bumi itu jumlahnya tetap.Â
Zaman dulu saja, tidak benar banjir meskipun bagaimana lebatnya hujan. Jadi bagaimana sekarang gara-gara hujan yang tidak ada hentinya bisa mengakibatkan banjir?