Mohon tunggu...
Nur Laila Sofiatun
Nur Laila Sofiatun Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Perempuan yang ingin bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerita di Balik Qurban

12 Juli 2022   17:49 Diperbarui: 12 Juli 2022   18:25 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hewan qurban (sumber: NU online)

Hari Ahad kita memperingati Hari Raya Idul Adha. Hari Raya Idul Adha dilaksanakan tanggal 10 Dzulhijjah bulan Hijriah. Hari Raya ini identik dengan Ibadah haji dan qurban.

Tahukah kalian cerita tentang asal muasal perintah qurban?

Definisi Qurban

Qurban berasal dari Bahasa Arab merupakan isim masdar (kata benda) dari fi'il madhi (kata kerja) qoroba. Qurban memiliki arti kedekatan. 

Sedang secara istilah qurban didefinisikan sebagai ibadah sunnah yang dilakukan dengan cara menyembelih hewan ternak berupa unta, sapi, kerbau, kambing, atau domba yang dilakukan pada tanggal 10, 11, 12, atau 13 Dzulhijjah.

Cerita Dibalik Perintah Qurban

Cerita tentang qurban yang berasal dari cerita Nabi Ibrahim as. yang diberikan perintah untuk menyembelih putranya Nabi Isma'il as. Cerita yang kita dengar biasanya hanya sebatas itu. 

Akan tetapi, kemarin saya mendengarkan cerita yang lebih lengkap yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Cerita ini saya dapatkan dari isi khutbah shalat id di Masjid kampung saya. Berikut ini cerita yang saya dengar dari Khotib.

Cerita bermula dari masa ketika Nabi Ibrahim as. belum memiliki putra. Nabi Ibrahim as. adalah seorang nabi yang gemar bershodaqoh, setiap tahun di bulan Dzulhijjah, beliau biasa menyodaqohkan kurang lebih 1000 kambing, 300 sapi, dan 30 unta.

Karena kemurahan hati Nabi Ibrahim as., beliau banyak mendapatkan pujian. Saking banyaknya pujian yang beliau terima hingga membuat beliau berucap:

"Jangankan hewan ternak sebanyak itu, bahkan jika Allah memerintahkan saya untuk menyembelih anak saya, pasti akan saya lakukan"

Setelah beberapa tahun akhirnya Nabi Ibrahim as. dianugerahi putra dari istri keduanya Siti Hajar. Putra tersebut diberi nama (Nabi) Isma'il as. 

Setelah  Nabi Isma'il as. beranjak remaja Nabi Ibrahim as. bermimpi bahwa Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih putranya. Malam pertama ia bermimpi ia takut jika mimpi itu datang dari setan. Hal ini terjadi pada malam 8 Dzulhijjah. Malam ini biasa dikenal dengan istilah malam tarwiyah (mam keragu-raguan).

Di malam kesembilan Dzulhijjah Nabi Ibrahim as. bermimpi kembali tentang seruan untuk menyembelih putranya. Setelah mimpi kedua ini Nabi Ibrahim as. menjadi tahu atau mengerti (Bahasa Arabnya 'arofa) bahwa mimpi itu datangnya bukan dari setan, akan tetapi tetapi dari Allah. Sehingga malam ini disebut malam 'arofah.

Pada malam kesepuluh bulan Dzulhijjah Nabi Ibrahim as. bermimpi untuk ketiga kalinya, dan akhirnya Nabi Ibrahim as. yakin dan memutuskan untuk menyembelih putranya di tanggal 10 Dzulhijjah.

Ia memberitahukan perintah penyembelihan tersebut kepada putranya, Nabi Ismail as. Akan tetapi, ia tidak menceritakan mimpi tersebut kepadanya istrinya Siti Sarah. Hal ini karena ia takut istrinya akan goyah dan tidak mengizinkannya menyembelih putranya. Nabi Ibrahim as. hanya menyuruh Siti Sarah untuk mendandani Nabi Isma'il as. dan mengatakan bahwa ia akan mengajak putranya ke suatu tempat.

Di hari penyembelihan, setelah Nabi Ibrahim as. dan Nabi Isma'il as. berangkat ke tempat penyembelihan setan datang menggoda Siti Sarah. Akan tetapi Siti Sarah tidak terbujuk dengan rayuan setan, ia justru melempar setan dengan sebuah batu. Hal ini kemudian yang menjadi dasar sebagai ibadah melempar jumrah  ula (jumrah pertama).

Setan pun tidak menyerah setelah gagal menggoda Siti Sarah, ia pun menyusul Nabi Ibrahim as. untuk menggodanya. Akan tetapi Nabi Ibrahim as. pun tidak tergoda, kemudian beliau melempar setan dengan batu, dan kemudian ini yang menjadi dasar ibadah melempar jumroh wustho (jumrah yang kedua).

Setan masih tidak mau menyerah, kemudian ia menggoda Nabi Isma'il as.. Akan tetapi Nabi Isma'il as. juga tidak tergoda dengan rayuan setan. Kemudian Nabi Isma'il as. melempar batu ke arah setan, dan ini menjadi landasan ibadah melempar jumrah 'aqobah (jumrah yang ketiga). Akhirnya setan pun gagal untuk menggagalkan penyembelihan Nabi Isma'il as.

Setelah itu Nabi Ibrahim as. segera akan menyembelih putranya, Nabi Isma'il as. Ia telah menyiapkan pedang yang sudah ia tajamkan sebelumnya. Saat beliau gunakan untuk menyembelih leher Nabi Isma'il as. Pedang tersebut bisa memotong leher Nabi Isma'il as.

Kemudian Nabi Ibrahim as. mencoba pedang tersebut ke sebuah batu. Batu tersebutpun sampai pecah oleh pedang tersebut. Nabi Isma'il as. pun berkata, jika Ayah tidak tega melihat saya, saya akan tengkurap supaya ayah tidak melihat mata saya.

Akhirnya Nabi Isma'il as. pun tengkurap. Dan saat akan menyembelih putranya, Allah menggantikan putranya dengan biri-biri Habil.

Demikianlah cerita dibalik perintah qurban yang saya dapatkan dari khutbah shalat id kemarin. Secara garis besar sama dengan cerita-cerita yang biasa kita dengarkan. Akan tetapi, yang baru saya tahu adalah cerita sebelum mimpi tentang perintah penyembelihan Nabi Isma'il as.

Semoga cerita ini dapat memberikan hikmah kepada para pembacanya. Jika ada masukan atau saran untuk cerita in dibalik perintah qurban ini mohon komen di kolom komentar di bawah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun