Mohon tunggu...
NUR FATAH
NUR FATAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

KELEMBUTAN ADALAH BAGIAN DARI SIFAT ALLAH

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam yang Ku Pahami Part 2

7 Oktober 2023   18:41 Diperbarui: 7 Oktober 2023   23:06 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 kita diajarkan dan diwajibkan untuk mendirikan sholat, sesuai dengan ketentuan syarat yang di penuhi sebelum menjalankan sholat,rukun dan adabnya saat melakukan sholat. hal ini dikarnakan sholat merupakan tiang utama dari agama islam sebagaimana keterangan Alhadits, dan sholat merupakan sarana manusia berkomunikasi kepada tuhan.

 Bahkan Nabi bersabda bahwa sholat adalah mi'roj nya orang mu'min

 " Shalat itu adalah mikraj bagi orang -- orang yang beriman."

 Hadits di atas ditemukan dalam beberapa kitab tafsir seperti Al-Alusi dalam kitab  Ruhul Ma'ani (9/271), Tafsir Naisabur (3/192) dan Ruhul Bayan (2/213). Kesemuanya disebutkan tanpa sanad dan tanpa rawi.

 Demikian pula sebagian ulama seperti al-Munawi dalam kitab Faidhul Qadir menyebutkan kalimat tersebut dalam rangka menjelaskan kedudukan ibadah Shalat yang begitu tinggi di dalam agama Islam, tapi tanpa sanad juga.

 Dalam kitab Mirqatu al-Mafatih beberapa kali disebut bahwa redaksi kalimat tersebut dengan kata qiila (dikatakan); warada (telah datang dari perkataan seseorang ), dan sebagainya. Ini menjadi isyarat tegas bahwa kalimat tersebut bukan hadits Nabi Shallallohu 'alahi wasallam .[2]

Bagi Kiai Sholeh darat semarang, memiliki penafsiran makna yang mendalam, beliau merupakan salah satu guru dari pendiri organisasi NU dan juga guru dari simbah abdullah sajad ( kakek dari kiai najib abdillah dan K.H, Afif daenuri , guru saya di sermarang ) . Menurut beliau  shalat merupakan satu-satunya alasan terpenting bagi tegaknya agama Islam. Maka kita di anjurkan untuk Memahami praktik sholat secara baik dan benar, sehingga pemahaman ini akan  berdampak pada seluruh sikap dan prilaku seseorang yang benar-benar memahami sisi batin dari ritual shalat, dan menjadikan kita dalam memaknai shalat tidak hanya sekadar praktik ritualitas semata , namun mendalaminya dalam konteks spiritualitas.

 Dalam dua kitabnya yang ditulis, Tafsir Faidlur Rahman dan Lathoifut Thoharoh wa Asrorus Sholat, kedua kitab tersebut menjelaskan secara saling melengkapi, bagaimana sholat dapat memenuhi dimensi esoteris ( dimensi bathiniyyah yang berkaitan dengan ilmu tasawuf  ) seseorang.

 Melalui penafsiran makna  yang lebih bernuansa esoteris, Kiai Sholeh menafsirkan makna "aqiimu as-shalaata" dengan "arep andadeaken siro ing solat mi'raj sira ila al-Haq, lan arep dawam munggah sira tumeka maring maqam musyahadah". 

 Sholat ditafsirkan sebagai maqam paling tinggi setiap muslim, karena sholat  merupakan "mi'raj" ( naiknya seseorang ke tingkatan spiritual yang lebih tinggi ).

 Dalam artian umum, Sholat diartikan "wishal arru'yah" (memutus hubungan dengan entitas keduniaan lalu berkontak secara batin dengan Tuhannya).Kiai Sholeh menuntun kita agar sholat kita  menjadi  naik ke  posisi makna  tertinggi, setelah mi'raj dilanjutkan dengan musyahadah (kesaksian secara kuat dan yakin bahwa Tuhan hadir dalam dirinya dan sebagian hijab yang menutupinya telah tersingkap).

 Kiai Sholeh memaknai sholat dengan latar belakang ilmu tasawuf ketika dirinya membedah makna sholat. Sebagaimana diketahui, dalam konteks salik (seseorang yang menjalani disiplin spiritual untuk membersihkan dan memurnikan jiwanya), terdapat tiga maqam (level) yang akan dilalui para salik.

  Pertama, maqam muhaadlirah, dimana seseorang mampu membuka mata hatinya untuk berkomunikasi dengan Tuhannya, sekalipun belum mampu menyingkap hijab yang ada dalam dirinya. 

Yang kedua, lebih tinggi karena hijab yang menutupi mata batinnya mulai terkuak sebagian dan kondisi ini masuk kategori "maqam mukaasyafah". 

 Level tertinggi (wishal al-a'la) tentu saja apa yang dimaksud Kiai Sholeh sebagai "musyahadah" dimana seseorang sukses melewati dua maqam sebelumnya. 

Kiai Sholeh lalu memasukkan Orang-orang yang sukses menjalankan dimensi sholatnya dalam level tertinggi "musyahadah", ke dalam kategori sebagaimana disebut Alquran sebagai "khairul bariyyah" (seutama-utamanya makhluk ciptaan Allah bahkan lebih utama dari para malaikat), sebaliknya mereka yang tidak menjalankan sholat termasuk kategori "syarrul bariyyah" (seburuk-buruknya makhluk ciptaan Allah). 

Menarik ketika dirinya menafsirkan bahwa sholat tertinggi dari level seseorang masuk dalam kategori "khairul bariyyah", sebab hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Abu Hurairah, dimana seorang mukmin lebih mulia disisi Allah dibanding sebagian malaikat yang ada di sisi-Nya sekalipun. Maka, tepat dengan apa yang dikatakan Nabi Muhammad, bahwa sholat adalah "mi'raj" nya orang-orang yang beriman. Hal ini akan kita bahas lebih lanjut dalam pembahasan musyahadah. 

Hampir dipastikan, penafsiran para ulama Nusantara di masa lalu, sangat menyentuh dimensi esoteris dalam banyak hal. Mereka berupaya untuk membentuk realitas ibadah tidak sekadar menjalankan ritual semata, tetapi mengolah sedemikian rupa, agar ibadah lebih bernilai sehingga berdampak luas pada setiap prilaku orang-orang yang menjalankannya. Sholat tidak lagi dipandang sebatas ikhtilaf, yamg sering jadi perdebatan masyarakat tentang soal bagaimana mengangkat tangan saat takbir, bagaimana cara duduk yang benar, bagaimana caranya bertasyahud, atau bagaimana setelah sholat selesai, berdzikirkah ? secara lantang atau berjabatan tangankah ? . 

 Kiai Sholeh justru mencoba keluar dari dimensi ritual menuju dimensi spiritual agar sholat lebih dipahami dan dihayati sesuai suasana batin, bukan menudukkan sholat dalam makna lahiriyah, sebagaimana dipahami sebagai gerakan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. 

Beliau menulis dalam kitabnya , bahwa hakikat dari sholat adalah : 

  • Dilihat dari jumlah rakaat nya, rokaat sholat seperti jumlah sayap malaikat sebagaimana keterangan Qs alfathir : 1, menyatakan jumlah sayap malaikat adalah 2,3,dan 4. Sehingga orang yang mengerjakan sholat, ruh ( spiritual nya ) akan memiliki kemampuan terbang tinggi atau ber mi'roj menuju kehadirat ilahi.
  • Dilihat dari cara melakukan gerakannya sholat memiliki arti :
  • Berdiri merupakan tata cara kehidupan manusia, sehingga orang yang melakukan sholat akan mampu melepaskan dirinya dari sifat kemanusiaan nya yang cenderung negativ.
  • Ruku' / membungkuk adalah sistem kehidupan yang dijalani oleh hewan, walau ada beberapa hewan yang bisa berdiri dan berjalan, sehingga orang yang melakukan sholat akan mampu melepaskan dirinya dari sifat hewan.
  • Sujud merupakan sistem kehidupan tumbuhan yang menjalar, sehingga orang yang melakukan sholat akan mampu melepaskan dirinya dari sifat tumbuhan .
  • Duduk merupakan sistem kehidupan benda mati, sehingga orang yang melakukan sholat akan mampu melepaskan dirinya dari sifat benda mati.
  • Dilihat dari segi bacaannya, sholat adalah kumpulan tasbih dan dzikir serta doa yang selalu dikumandangkan para malaikat dan seluruh makhluk.
  • Dilihat dari waktu pelaksanaannya, sholat merupakan ibadah yang dijalankan para NABI pada zamannya masing -- masing dengan tata cara dan ketentuan waktu yang berbeda.

 

Untuk itu, mari luruskan niat kita ketika hendak sholat. Bersihkan hati kita dari keterikatan apapun denga urusan-urusan dunia. Mulai buka mata batin kita agar hijab yang menghalangi mata batin kita terhadap Tuhan dibukakan, melalui kepasrahan dan ketundukan kepada hanya Satu Dzat Allah. Sholat merupakan proses pertemuan hamba dengan Tuhannya yang hanya dapat dilalui melalui kebersihan hati, kekosongan pikiran, dan kesucian jiwa. Tanpa itu, sholat hanya sebatas ritual yang tak ada bekas apapun, bahkan terhempas oleh kesibukan kita dalam hal-hal keduniaan. Lalu, kenapa sholat seharusnya mampu mencegah keburukan dan kemunkaran? Jawabannya ada dalam diri kita sendiri, ketika kita mampu membedakan mana sholat ritual dan mana sholat spiritual. 

 Shalat itu kesucian hati dari dosa karena shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar, menghapus dosa, dan membuka pintu-pintu ghaib dengan penampakan kuasa-Nya seperti ditunjukkan oleh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam, 'Shalat tempat munajat dan tambang kebersihan.' Shalat adalah 'tempat' terdekat seorang hamba dan Penciptanya; 'tempat' menghadap di hadapan-Nya tanpa perantara selain menyebut-Nya; dan pelaksanaan tugas-tugas kehambaan dalam menghadap dan melihatnya," [4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun