kita diajarkan dan diwajibkan untuk mendirikan sholat, sesuai dengan ketentuan syarat yang di penuhi sebelum menjalankan sholat,rukun dan adabnya saat melakukan sholat. hal ini dikarnakan sholat merupakan tiang utama dari agama islam sebagaimana keterangan Alhadits, dan sholat merupakan sarana manusia berkomunikasi kepada tuhan.
 Bahkan Nabi bersabda bahwa sholat adalah mi'roj nya orang mu'min
 " Shalat itu adalah mikraj bagi orang -- orang yang beriman."
 Hadits di atas ditemukan dalam beberapa kitab tafsir seperti Al-Alusi dalam kitab  Ruhul Ma'ani (9/271), Tafsir Naisabur (3/192) dan Ruhul Bayan (2/213). Kesemuanya disebutkan tanpa sanad dan tanpa rawi.
 Demikian pula sebagian ulama seperti al-Munawi dalam kitab Faidhul Qadir menyebutkan kalimat tersebut dalam rangka menjelaskan kedudukan ibadah Shalat yang begitu tinggi di dalam agama Islam, tapi tanpa sanad juga.
 Dalam kitab Mirqatu al-Mafatih beberapa kali disebut bahwa redaksi kalimat tersebut dengan kata qiila (dikatakan); warada (telah datang dari perkataan seseorang ), dan sebagainya. Ini menjadi isyarat tegas bahwa kalimat tersebut bukan hadits Nabi Shallallohu 'alahi wasallam .[2]
Bagi Kiai Sholeh darat semarang, memiliki penafsiran makna yang mendalam, beliau merupakan salah satu guru dari pendiri organisasi NU dan juga guru dari simbah abdullah sajad ( kakek dari kiai najib abdillah dan K.H, Afif daenuri , guru saya di sermarang ) . Menurut beliau  shalat merupakan satu-satunya alasan terpenting bagi tegaknya agama Islam. Maka kita di anjurkan untuk Memahami praktik sholat secara baik dan benar, sehingga pemahaman ini akan  berdampak pada seluruh sikap dan prilaku seseorang yang benar-benar memahami sisi batin dari ritual shalat, dan menjadikan kita dalam memaknai shalat tidak hanya sekadar praktik ritualitas semata , namun mendalaminya dalam konteks spiritualitas.
 Dalam dua kitabnya yang ditulis, Tafsir Faidlur Rahman dan Lathoifut Thoharoh wa Asrorus Sholat, kedua kitab tersebut menjelaskan secara saling melengkapi, bagaimana sholat dapat memenuhi dimensi esoteris ( dimensi bathiniyyah yang berkaitan dengan ilmu tasawuf  ) seseorang.
 Melalui penafsiran makna  yang lebih bernuansa esoteris, Kiai Sholeh menafsirkan makna "aqiimu as-shalaata" dengan "arep andadeaken siro ing solat mi'raj sira ila al-Haq, lan arep dawam munggah sira tumeka maring maqam musyahadah".Â
 Sholat ditafsirkan sebagai maqam paling tinggi setiap muslim, karena sholat  merupakan "mi'raj" ( naiknya seseorang ke tingkatan spiritual yang lebih tinggi ).
 Dalam artian umum, Sholat diartikan "wishal arru'yah" (memutus hubungan dengan entitas keduniaan lalu berkontak secara batin dengan Tuhannya).Kiai Sholeh menuntun kita agar sholat kita  menjadi  naik ke  posisi makna  tertinggi, setelah mi'raj dilanjutkan dengan musyahadah (kesaksian secara kuat dan yakin bahwa Tuhan hadir dalam dirinya dan sebagian hijab yang menutupinya telah tersingkap).